Parapuan.co - Sebagian orang tua mungkin berpikir bahwa pola asuh yang ketat mengembangkan pribadi anak lebih baik.
Tentu tidak, studi penelitian tentang disiplin menunjukkan bahwa pengasuhan anak yang ketat dan otoriter sebenarnya menghasilkan anak-anak dengan harga diri lebih rendah.
Selain itu, memungkinkan perilaku yang lebih buruk daripada anak-anak lain.
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Teladan, Ketahui 5 Langkah Mudah Mendidik Anak dengan Baik
Sebab pola asuh ketat itu seakan rambut harus selalu lurus, jika tidak akan diluruskan menggunakan catokan panas yang berarti hukuman bagi anak.
Seperti dikutip dari Aha! Parenting, berikut ini alasan mengapa pola asuh yang ketat justru menimbulkan masalah perilaku pada anak.
1. Menghilangkan kesempatan untuk bertanggung jawab
Batasan yang keras memicu penolakan untuk mengambil tanggung jawab atas diri sendiri.
Tidak ada yang suka dikendalikan, jadi tidak mengherankan jika anak-anak menolak batasan dengan tidak berempati.
Mereka lebih melihat ‘lokus kendali’ di luar diri mereka sendiri, daripada ingin berperilaku.
2. Berperilaku karena rasa takut
Pola asuh yang otoriter memberikan batasan tanpa empati kepada anak-anak, sehingga kepatuhan hanya didasarkan rasa takut.
Nah, jika anak-anak melakukan apa yang orang tua inginkan karena mereka takut padanya, apa bedanya dengan penindasan?
3. Cenderung marah dan depresi
Orang tua yang kaku menjelaskan kepada anak-anak untuk mengikutinya tanpa memberikan pilihan.
Sehingga, anak-anak dibiarkan kesepian dan mencoba memikirkan sendiri bagaimana mengatasi dorongan atau kuasa atas dirinya sendiri.
Terlebih, orang tua tidak ada di sana untuk membantu mereka belajar mengatasi dan mengelola perasaan yang sulit yang mendorong mereka untuk bertindak.
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Teladan, Ketahui 5 Langkah Mudah Mendidik Anak dengan Baik
4. Menjadikan anak inferior
Anak-anak dalam pola asuh ketat selalu belajar untuk taat, tetapi mereka tidak belajar untuk berpikir sendiri.
Mereka cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka dan lebih bersedia untuk mengikuti kelompok sebaya.
Atau menghindari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa mereka hanya mencoba untuk ‘mengikuti perintah’.
5. Merusak hubungan orang tua dan anak
Orang tua yang kerap mendisiplinkan anak mau tak mau harus memotong empati alami mereka, yang menjadikan hubungan keduanya tidak harmonis.
Mengasuh anak juga menjadi lebih sulit bagi orang tua karena mereka kehilangan minat untuk untuk menyenangkan orang tua dan lebih sulit untuk diatur.
Intinya adalah bahwa ketegasan ekstra tidak berhasil dalam menciptakan anak-anak yang berperilaku lebih baik.
Pada kenyataannya, hal itu menggeser semua hal positif yang dilakukan sebagai orang tua dan menghalangi anak-anak dalam upaya mengembangkan disiplin emosional diri.
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Teladan, Ketahui 5 Langkah Mudah Mendidik Anak dengan Baik
(*)