Membuat Catatan Keuangan, Pos Pengeluaran Apa Saja yang Perlu Dicatat?

Arintha Widya - Selasa, 27 April 2021
ilustrasi mengatur keuangan
ilustrasi mengatur keuangan freepik.com

Parapuan.co - Membuat catatan keuangan itu tidak hanya harus dilakukan oleh pelaku usaha, tapi juga kita semua.

Pasalnya, catatan keuangan akan menjaga kondisi finansial kita stabil, serta sebagai salah satu indikator bahwa kita menjalani kehidupan yang sejahtera.

Sebagaimana melansir NOVA, Ninet Dangirani, CFP selaku Financial Planner Finansialku.com menjelaskan pentingnya memiliki catatan keuangan.

Menurutnya, pencatatan keuangan dilakukan agar kita tidak melewati batas.

Baca Juga: Mau Coba Bisnis Kue Kering di Bulan Ramadan? Biar Untung, Simak Tips Ini Dulu, Yuk!

"Cash flow itu dilihat antara berapa uang yang kita terima dari income dan juga pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan," kata Ninet.

Mengingat pengeluaran sangat banyak, ada baiknya jika kita membaginya ke dalam pos-pos pengeluaran.

Contohnya adalah pos pengeluaran untuk utang dan pengeluaran rutin. Contoh pengeluaran rutin adalah listrik dan air.

"Pengeluaran itu kan banyak banget ya. Kita mesti lihat dulu pengeluaran bulanan, cicilan utang, hal-hal yang rutin kayak PLN, PDAM, bayar sewa kontrak dan sebagainya, berapa yang kita pakai untuk donasi sedekah," imbuhnya.

Lanjut kemudian kita membuat catatan keuangan untuk pos pengeluaran biaya sehari-hari.

Contohnya adalah biaya sekolah anak, beli bensin, bayar telepon, dan wifi.

"Nah, itu kita tulis dulu posnya apa saja yang wajib kita keluarkan. Terus kita cek lagi, cicilan utang ada nggak? Bayar KPR, cicilan kartu kredit, cicilan mobil, kita tulis semua," terang Ninet.

Jangan lupa, kamu juga perlu membuat pos berikutnya untuk dana darurat jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak.

"Kemudian, ada lagi yang kita sisihkan untuk dana darurat. Untuk tabungan kita, buat jaga-jaga berapa sih yang kita sisihkan di situ."

Bukan itu saja, jika memungkinkan, Ninet juga menyarankan supaya kita mempunyai pos tabungan atau investasi.

Namun, jumlah tabungan ini bisa bervariasi rasionya tergantung kebutuhan tiap orang atau keluarga.

Meski begitu, ia menuturkan agar rasio tabungan disisakan sebanyak kurang lebih 20 persen dari pendapatan.

Baca Juga: Mengapa Perempuan Lebih Stres dalam Mengatur Keuangan? Ini Penjelasannya!

Senada dengan itu, pengeluaran untuk cicilan utang juga perlu dibatasi, yakni tidak boleh lebih dari 30 persen pendapatan.

Kalau lebih, berarti ada yang pengeluaran rutin bulanan yang harus dikorbankan, semisal mengurangi pengeluaran untuk internet atau pulsa.

"Kalau sudah lebih dari 30 persen berarti ada pos yang harus dikorbankan. Makanya penting buat anggaran setiap bulan," tutup Ninet. (*)

Sumber: NOVA
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania