Parapuan.co - Pekerjaan domestik memang selama ini banyak dilakukan oleh istri saja, sementara suami lebih banyak mencari nafkah.
Padahal, pembagian peran dalam keluarga seharusnya sih, sudah bisa seimbang dan dilakukan bersama-sama. Sebab, ya, mengurus pekerjaan rumah dan anak adalah pekerjaan yang rasanya enggak habis-habis. Apalagi kalau dilakukan oleh satu orang saja.
Bicara konsep pembagian peran dalam keluarga yang belum setara ini memang lekat dengan norma gender tradisional yang sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat.
Baca Juga: Kekerasan Seksual Tak Pandang Gender, Pria Remaja di Probolinggo Jadi Korban Pemerkosaan
Norma gender ini memang menempatkan perempuan bekerja di dalam ranah domestik yakni mengurus rumah dan mengurus keluarga, sementara laki-laki akan berada di ranah publik yang memiliki tugas utama mencari nafkah.
Hal ini pun terbukti pada riset yang dilakukan PARAPUAN berjudul Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri pada 16-19 April lalu. Hasil survey dari 168 responden laki-laki menunjukkan hampir 82 persen laki-laki menjadikan tugas domestik hanya sebagai tugas sampingan.
Sebaliknya, pada perempuan dengan jumlah responden 66 orang perempuan menunjukkan 62 persen di antaranya menjadikan tugas domestik sebagai tugas utama.
Sejalan dengan hasil tersebut, dari 234 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan menunjukkan 42 persen responden mengatakan pihak yang paling banyak melakukan pekerjaan domestik adalah istri.
Ida Ruwaida Noor, perwakilan Kajian Gender Universitas Indonesia menyampaikan hal ini bermula dari sejak masa pra-kapitalis di mana laki-laki berburu dan berperang sementara perempuan merawat anak dan keluarga.
Selanjutnya ia juga menjelaskan, di masa kapitalis hal yang serupa pun terjadi, yakni laki-laki dipekerjakan sebagai buruh industri dan perempuan tetap bertugas di ranah domestik, dan sekalipun perempuan bekerja ia hanya akan menjadi 'cadangan'.
Tindakan seperti ini pun terjadi dari generasi ke generasi dan membentuk adanya stereotipe gender, lebih lanjut lagi bagi sebagian besar masyarakat sudah menjadi takdir yang demikian adanya dan tak perlu dipertanyakan lagi.
"Bahkan dianggap sebagai sebuah kodrat masing-masing laki-laki dan perempuan," ungkap Ida saat diwawancarai oleh PARAPUAN pada Jumat (7/5/2021).
Sehingga dapat dikatakan bahwa latar belakang terbentuknya pembagian peran ini adalah budaya dan didikan orang tua, seperti yang disampaikan oleh Ida.
"Bisa dikatakan demikian karena adanya sosialisasi dari generasi ke generasi, baik dalam keluarga, media massa, dan juga pendidikan," jelas Ida.
Baca Juga: Bisa Nggak Sih Perempuan dan Laki-laki Hanya Berteman? Ini Jawabannya
Mengingat hal ini sudah begitu melekat dalam pola pikir masyarakat, sehingga menurut beliau salah satu hal yang membuat laki-laki enggan melakukan pekerjaan rumah tangga yakni karena adanya anggapan bahwa laki-laki adalah pencari nafkah utama.
"Pada laki-laki hal ini juga menjadi beban psiko sosial, jika ia tidak mampu menafkahi keluarga," tambahnya.
Selain itu, hal tersebut didasari oleh tidak terbiasanya laki-laki dengan pekerjaan rumah atau urusan domestik lainnya.
Sekalipun pada beberapa kasus saat laki-laki tinggal jauh dari keluarga, mereka mampu mandiri, namun begitu kembali ke keluarga, umumnya mereka kembali kepada sikap dan kabiasaan untuk bergantung pada perempuan.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman, terdapat sebagian laki-laki yang mulai mau ikut turun tangan dalam urusan domestik.
Baca Juga: Alasan Kasus Pemerkosaan Terhadap Laki-Laki Kerap Dianggap Remeh
Fakta ini pun dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Tim Riset PARAPUAN yang menemukan hampir 35 persen responden telah melakukan pembagian kerja dalam tugas rumah tangga.
Okky Rengat, salah satu responden dari survei ini pun mengungkapkan, "Tidak ada salahnya para suami ikut membantu pekerjaan istri untuk meringankan bebas istri," kata seorang pegawai pemerintahan tersebut.
Hal serupa pun diungkapkan oleh R. Royen Hutapea mengatakan bahwa pembagian kerja dalam urusam domestik baginya sudah menjadi hal wajar dan lumrah, apalagi biaya untuk menggaji asisten rumah tangga kini semakin mahal.
Keduanya pun menyampaikan bahwa pembagian kerja sudah dilakukan sejak awal pernikahan dengan kesepakatan bersama antara suami dan istri.
Karena kembali lagi, pada dasarnya pekerjaan domestik ini bisa dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki ataupun perempuan.(*)