"Contohnya, suami dan istri sama-sama berkomitmen untuk bekerja. Lalu, istrinya bilang, 'Aku urus rumah tapi aku tetap bekerja.' Itu oke saja," ujar Ceu Tetty.
Jika suatu saat posisi istri di kantor semakin tinggi sehingga istri jadi tak punya waktu untuk urus rumah, ini harus dikomunikasikan dengan suami secara terbuka.
"Nah, menurut saya, saat itulah istri harus mengkaji ulang komitmen rumah tangga yang awalnya dibuat bersama suaminya.
Jadi, istri bisa bilang, 'Pak, ternyata aku keteteran (dengan tugas domestik di rumah) karena posisi aku di kantor makin tinggi. Gimana kalau kita saling berbagi tugas domestik dari sekarang?' Itulah komunikasi yang terbuka," beber Ceu Tetty.
Baca Juga: 5 Cara Bangkit dari Kesedihan Usai Orang Terkasih Meninggal Dunia
Dia menilai bahwa pasangan sebaiknya mengkaji ulang, atau bahkan mengubah, komitmen rumah tangga mereka setiap kali terjadi perubahan dalam hidup mereka.
Ini supaya suami dan istri sama-sama bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup mereka tersebut.
Perubahan dalam hidup bisa berupa perubahan yang positif seperti kenaikan jabatan salah satu pasangan, maupun perubahan negatif seperti salah satunya kehilangan mata pencaharian.
"Setiap terjadi perubahan, keterpurukan, apapun itu, komitmen rumah tangga harus dikaji ulang dan bisa berubah. Namanya juga hidup, kita harus dinamis, kan," tutup Ceu Tetty.(*)