Dalam upayanya menunjukkan anak tentang peran domestik yang setara dalam rumah tangga, Rini bekerja sama dengan sang suami.
“Sebenarnya suamiku lebih mencontohkan yah, karena yang nyuci piring, nyapu dan ngepel tiap hari memang dia. Dan jujur, dia lebih bersih kalau nyapu-ngepel daripada aku, hahaha…” ujar Rini tertawa.
Walau diakui Rini bahwa tak mudah membiasakan putranya mengerjakan tugas domestik, namun ia merasakan bahwa anaknya mulai sedikit bertanggung jawab terhadap apa yang ia perlu kerjakan sendiri.
Ia juga berharap bahwa kebiasaan mengerjakan tugas domestik dilihat oleh sang putra sebagai kebutuhan pribadi, bukan untuk memenuhi keinginan orang tua.
Baca Juga: Menurut Ahli, Peran Ayah untuk Perkembangan Anak Itu Penting, Lo, Ini Manfaatnya
Mengajarkan anak tentang kesetaraan di rumah tangga, juga dilakukan oleh Fenly Anafary, perempuan karier dengan satu putra, sedini mungkin.
Tak tanggung-tanggung, ia sudah membiasakan putranya, Sahl, mengerjakan tugas domestik bahkan sejak usia satu tahun.
Bukan tanpa alasan, diakui Fenly bahwa ia dibesarkan dalam keluarga yang juga menerapkan peran yang setara dalam tugas domestik.
“Jadi berangkat dari rumah dan pengalaman pribadi. Adik laki-lakiku juga begitu sampai sekarang dewasa, dia selalu kerjain pekerjaan domestik walau kita punya asisten rumah tangga,” ceritanya.
Di sisi lain, setelah menikah, Fenly menyadari bahwa suaminya tak terbiasa dengan pekerjaan domestik.
Hal ini pun semakin membulatkan tekadnya untuk membiasakan sang putra – sekaligus suaminya – untuk terbiasa mengerjakan tugas domestik.
“Jadinya aku selalu ajak Sahl kolaborasi di rumah. Walaupun ada mbak (ART), Sahl harus tetap bisa mengerjakan hal-hal basic,” ujarnya lagi.