Elon Musk Akui Mengidap Sindrom Asperger, Bagaimana Gejalanya?

Ericha Fernanda - Rabu, 12 Mei 2021
Elon Musk
Elon Musk Screengrab/YouTube/Washington Post

 

Parapuan.co - Elon Musk telah mengungkapkan bahwa dia menderita sindrom Asperger.

Pendiri SpaceX dan CEO Tesla yang berusia 49 tahun menjadi pembawa acara Saturday Night Live (SNL) pada Sabtu, (8/5/2021).

Selama monolog pembukaannya, dia mengklaim sebagai "orang pertama dengan Asperger" yang menjadi pembawa acara pertunjukan sketsa tersebut.

 

Baca Juga: Tak Boleh Panik, Ini Strategi Bijak Mendisiplinkan Anak Autis

"Aku sebenarnya membuat sejarah malam ini sebagai orang pertama dengan Asperger yang menjadi tuan rumah SNL. Atau setidaknya yang pertama mengakuinya," kata Elon, seperti dikutip dari Asiaone.

Berikut video pengakuab Elon Musk:

 

Lantas, apa sebenarnya sindrom Asperger itu?

Melansir Healthline, sindrom Asperger (AS) adalah salah satu kelompok gangguan saraf yang dikenal dengan istilah gangguan spektrum autisme (ASDs).

Sindrom Asperger dianggap berada di ujung spektrum yang ringan. Orang dengan AS menunjukkan tiga gejala utama, yaitu:

  • Mengalami kesulitan dengan interaksi sosial.
  • Terlibat dalam perilaku berulang.
  • Berdiri teguh pada apa yang mereka pikirkan.
  • Fokus pada aturan dan rutinitas.

Beberapa orang dengan sindrom Asperger diklasifikasikan sebagai orang yang berfungsi tinggi.

Autisme yang berfungsi tinggi berarti bahwa orang-orang ini tidak memiliki keterampilan bahasa yang tertunda dan perkembangan kognitif yang khas dari banyak orang dengan sindrom autisme.

Individu yang didiagnosis dengan sindrom Asperger memiliki kecerdasan normal atau di atas normal.

Selain itu, orang dengan kondisi ini seringkali dapat bersekolah di ruang kelas umum dan memiliki pekerjaan.

Gejala Sindrom Asperger

Gejala bervariasi dari setiap orang, tapi orang dengan sindrom Asperger sering memiliki fokus obsesif pada topik minat yang sempit.

Orang dengan sindrom Asperger tidak menyadari upaya orang lain untuk mengubah topik percakapan.

Inilah salah satu alasan mengapa orang dengan sindrom Asperger mungkin mengalami kesulitan dalam interaksi sosial.

Banyak penderita sindrom Asperger sulit mengenali perasaan orang lain.

Biasanya orang dengan kondisi ini menghindari kontak mata saat berbicara dengan orang lain.

Orang dengan sindrom Asperger mungkin juga berbicara dengan nada monoton dan menunjukkan sedikit ekspresi wajah.

Mereka mungkin juga kesulitan mengetahui kapan harus menurunkan volume suara untuk mengakomodasi lokasi mereka.

Tidak ada obat untuk sindrom Asperger.

Namun, banyak orang dengan gangguan tersebut tumbuh untuk hidup sehat dan produktif dengan pengobatan, terapi, dan intervensi dini.

Meskipun banyak yang masih bergumul dengan interaksi sosial, kebanyakan orang dewasa dengan sindrom Asperger dapat hidup mandiri. (*)

Baca Juga: 3 Cara Orang Tua Bantu Anak dengan Autisme Menjalin Pertemanan

Sumber: Healthline,Asiaone
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja