Parapuan.co – Studi baru menemukan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi setengah cangkir kafein setiap hari memiliki bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu hamil yang tidak mengonsumsi minuman berkafein.
Diwartakan laman Times of India, studi tersebut menemukan pengurangan yang sesuai dalam ukuran dan massa tubuh tanpa lemak pada bayi yang ibunya mengonsumsi 200 miligram kafein per hari, yaitu sekitar dua cangkir kopi.
Fakta lain yang perlu diketahui bahwa ukuran lahir yang lebih kecil justru dapat membuat bayi berisiko lebih tinggi mengalami obesitas, diabetes, dan penyakit jantung di kemudian hari, loh.
Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya mengurangi asupan minuman yang mengandung kafein.
Baca juga: Ingin Olahraga Pilates Saat Hamil? Perhatikan Lebih Dahulu 4 Hal Ini!
Studi ini dipublikasikan di JAMA Network Open, tim menganalisis data pada lebih dari 2.000 wanita yang berbeda ras dan etnis dari 12 klinik yang terdaftar, dari usia kehamilan 8 hingga 13 minggu.
Dari minggu ke 10 hingga minggu ke 13 kehamilan, para wanita memberikan sampel darah yang kemudian dianalisis untuk kafein dan paraxantin, senyawa yang diproduksi ketika kafein diuraikan oleh tubuh.
Ditemukan bahwa bayi yang lahir dari wanita dengan kadar kafein yang tidak atau minimal dalam darah, akan memiliki berat 84 gram saat lahir dan lebih panjang 0,44 cm.
Lingkar kepala mereka juga lebih besar 0,28 sentimeter.
Sedangkan wanita yang mengonsumsi 50 miligram kafein sehari, memiliki bayi yang 66 gram lebih ringan daripada bayi yang lahir dari ibu yang tidak mengonsumsi kafein.
Selain itu, bayi yang lahir dari konsumen kafein juga memiliki lingkar paha 0,32 cm lebih kecil.
Baca juga: Selain Nanas, 3 Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Ibu Hamil
Mengapa hal ini terjadi?
Telah ditemukan bahwa kafein menyebabkan penyempitan pembuluh darah di rahim dan plasenta, yang dapat mengurangi suplai darah ke janin dan menghambat pertumbuhan bayi.
Para peneliti juga menemukan bahwa kafein berpotensi mengganggu hormon stres janin, menempatkan bayi pada risiko kenaikan berat badan yang cepat setelah lahir, serta risiko penyakit jantung, diabetes, dan obesitas di kemudian hari.
(*)