Parapuan.co – Sejak kecil kita sering mendengar dan melihat tentang konsep soulmate di film atau pun buku cerita.
Rata-rata media tersebut menggambarkan bahwa ada seseorang di luar sana yang ditakdirkan menjadi belahan jiwa kita.
Tapi, rasanya, keberadaan soulmate tidak semudah itu ditemukan saat kita dewasa, ya, Kawan Puan?
Melansir Womenshealth, ini disebabkan banyaknya perbedaan makna tentang soulmate yang belum tentu benar adanya.
Baca Juga: Begini Cara Pembagian Peran Suami dan Istri Saat Work From Home
Sebab, menurut psikolog klinis, Sabrina Romanoff, PsyD, di Lenox Hill Hospital, New York City, kehadiran soulmate berkaitan erat dengan budaya pop. Sehingga, konsep soulmate sebetulnya dibuat secara sengaja.
“Ada asumsi yang mengatakan bahwa soulmate seperti puzzle, dan ketika dua pasangan bertemu dengan potongan puzzle ini, mereka akan menjalankan relasi dengan harmoni yang sempurna,” ujarnya.
Asumsi ini memang tidak seutuhnya salah, tapi seringnya kita seperti mengukir jalan kekecewaaan dengan menyakini konsep satu ini.
Lalu, apa makna sebenarnya soulmate?
“Definisinya bergantung kamu berbicara dengan siapa. Sebab, setiap orang berbeda-beda dalam mendefinisikan soulmate,” ujar Josep Cilona, PsyD, psikolog klinis di Manhattan.
Josep tak memungkiri bahwa rata-rata banyak orang percaya kalau soulmate ditunjukkan untuk satu orang di dunia ini yang ditakdirkan untuk kita.
Orang itu menjadi pasangan paling sempurna untuk kita sehingga kita harus mencari orang itu untuk bahagia dan menikah.
“Dengan konsep ini, mereka percaya kalau mereka menemukan mereka maka hubungan pun akan sempurna. Begitu juga sebaliknya, bila mereka tidak menemukan soulmate, hubungan pun tidak akan pernah baik" pungkasnya.
Kenapa kehadiran soulmate menjadi kontroversi?
Begini, selama ini kita yakin bahwa bila kita bersama soulmate, sudah pasti kita akan benar-benara merasa jatuh cinta dan merasa sangat baik.
Konsep inilah yang membuat banyak pakar memperdebatkannya. Sebab, kita jadinya malah merasa belum seutuhnya sempurna tanpa adanya belahan jiwa. Inilah yang membuat kita menjadi kertergantungan dengan orang lain.
“Bila Anda terjebak dengan konsep soulmate seperti ini, Anda bisa merasakan kekosongan selama waktu bertahun-tahun. Anda seperti membutuhkan oranglain untuk menyempurnakan Anda.
Inilah yang akhirnya membuat kencan dan hubungan pun menjadi buruk, karena Anda memulai dari sesuatu yang dibutuhkan,” ujar Karin Anderson, psikolog klinis.
Nyatanya, konsep soulmate bisa membuat kita percaya kalau saat bertemu belahwan jiwa, semuanya akan sempurna.
Baca Juga: Konstruksi Feminitas dan Maskulinitas dalam Peran Rumah Tangga
Padahal, meskipun kamu sudah berpasangan dan merasa menjadi pasangan luar biasa, tetap saja tidak ada pengalaman sempurna.
“Saya merasakan kalau keyakinan terhadap soulmate ini merupakan racun, paslu, dan semua ekspektasi ini bisa sabotase hubungan dan menciptakan banyak hubungan romantis yang tidak sehat,” ujar Karin.
Padahal, kenyataannya, setiap orang itu punya banyak kesempatan untuk berada dalam hubungan sehat.
“Kenyataannya saat ini ada hampir 8 miliar orang di dunia, dan banyak dari mereka sangat cocok untuk menjalani hubungan yang sehat, memuaskan, dan romantis satu sama lain,” ujar Karin.
Dan, sejauh ini belum ada data yang bisa memperkuat adanya kehadiran soulmate. Sebab, banyak yang beranggapan bahwa soulmate bukan sesuatu yang bisa diprediksi dengan angka.
“Soulmates mungkin merupakan ide yang tidak dapat dihitung, sesuatu yang tidak dapat Anda buktikan atau ukur. Tetapi banyak disiplin dan individu lain sangat menghargai hubungan ini dengan deskripsi yang mencakup penyembuhan spiritual, kehidupan lampau, dan konsep (abstrak) lainnya, ”ujar Shari Foos, MA, MFT, seorang terapis pernikahan dan keluarga dan pendiri The Narrative Method.
Nah, lho, kalau menurut kamu gimana nih, Kawan Puan? Masihkah kamu percaya dengan soulmate?(*)