Pasalnya, sebuah tim tidak dapat meningkat kinerjanya jika pimpinan mereka hanya fokus pada dirinya sendiri.
5. Berempati
Pelajaran kepemimpinan berikutnya yang dapat dipelajari dari kaum perempuan adalah kemampuannya berempati.
Menjadi seorang pemimpin perlu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap anggota tim.
HBR.org menyebut, kepemimpinan di abad 21 menuntut agar para pemimpin membangun hubungan emosional dengan bawahan mereka.
Oleh karenanya alih-alih memimpin dengan keras dan hanya memberikan perintah, akan lebih baik jika pemimpin bersikap mengayomi dan mengajak anak buah.
Baca Juga: 5 Perubahan yang Perlu Dilakukan ketika Menginjak Umur 30-an
6. Fokus untuk meningkatkan kompetensi orang lain
Pemimpin perempuan dianggap lebih mampu melatih, membimbing, dan membantu bawahan mereka meningkatkan kompetensinya.
Ini karena sikap perempuan tidak egois dan lebih mementingkan orang lain alih-alih dirinya.
Dengan meningkatkan kompetensi bawahan, maka kinerja seluruh anggota tim juga akan meningkat.
Begitulah semestinya seorang pemimpin, yakni mampu mengubah sekelompok orang.
7. Ramah dan rendah hati
Menjadi pemimpin bukan berarti membuatmu menjadi sombong dan arogan.
Akan tetapi, sebagian besar pemimpin cenderung terlalu percaya diri dan narsis menurut HBR.org.
Menariknya, umumnya mereka yang bersikap narsis itu bukan dari kalangan pemimpin perempuan.
Memang, tidak semua perempuan rendah hati dan ramah, tetapi lebih banyak dari mereka yang bersikap demikian.
Belajarlah menjadi rendah hati, karena hal ini diklaim mampu mendorong kepemimpinan menjadi lebih efektif.
Baca Juga: Wajib Coba, Ini 3 Tips Konsultan Keuangan saat Mulai Bisnis Bareng Pasangan
(*)