Saat Istri Menjalani Multiperan dalam Rumah Tangga, Apa Dampaknya?

Putri Mayla - Rabu, 26 Mei 2021
Ibu multiperan
Ibu multiperan Freepik.com

Parapuan.co – Kawan Puan, menjadi istri yang juga bekerja merupakan sebuah pilihan, karena saat pilihan itu diambil, ia tahu risiko yang harus dihadapi.

Membagi peran antara pekerjaan, keluarga, dan urusan rumah tangga menjadi tantangan bagi perempuan saat ia menjalani multiperan tersebut.

Pada tanggal 16-19 April 2021 lalu, PARAPUAN melakukan riset bertajuk Pembagian Peran Domestik antara suami dan istri.

Riset tersebut menunjukkan dari 234 responden, 58,6 persen laki-laki menjadikan tugas domestik hanya sebagai tugas sampingan, sedangkan 3,2 persen laki-laki tidak mengerjakannya.

Baca Juga: Pembagian Peran dalam Keluarga Berawal dari Komunikasi dan Kesepakatan Bersama

Sebaliknya, 17,7 persen perempuan menjadikan tugas domestik sebagai tugas utama mereka.

Selanjutnya, sebanyak 42,3 persen responden mengatakan pihak yang paling banyak melakukan pekerjaan domestik adalah istri.

Dalam masa pandemi, sebagian besar responden sebanyak 65 persen mengaku tidak ada perubahan pembagian peran domestik.

Namun, 35 persennya mengalami perubahan pembagian kerja domestik.

Lantas, bagaimana dampaknya bagi perempuan atau istri yang mengalami multiperan?

Psikolog Klinis Dewasa Pingkan Rumondor menyampaikan pada PARAPUAN, Selasa (18/5/2021), ada beberapa dampak yang bisa dialami istri saat mengalami mutiperan yakni:

Work-family conflict

Work-family conflict berkaitan dengan pekerjaan yang menghambat seorang istri melakukan tugas rumahnya, atau sebaliknya saat peran istri menghambat pekerjaan di kantor.

Ia mengatakan, “Saat peran di pekerjaan menghambat seorang istri melakukan tugas rumah tangganya, dan sebaliknya ketika peran sebagai istri menghambat pekerjaan di kantor.”

Baca Juga: Cara Baru Pembagian Peran dalam Keluarga, Suami Mengurus Rumah Tangga dan Ibu Pencari Nafkah Utama

Interaksi antara pekerjaan dan keluarga bisa terjadi dalam bentuk berikut:

  • Kurangnya waktu untuk salah satu area pekerjaan/keluarga
  • Perilaku yang efektif di rumah belum tentu efektif di kantor, dan sebaliknya
  • Tekanan/stres di rumah bisa memengaruhi pekerjaan dan sebaliknya

Work-family enrichment

Selain dampak yang merugikan, kondisi muliperan juga membawa dampak positif.

“Yaitu ketika perasaaan positif seperti keberhasilan di kantor terbawa ke dalam interaksi dengan keluarga,” imbuh Pingkan.

“Ketika seorang istri mendapat bonus, mendapat promosi atau mengalami keberhasilan di tempat kerja, maka ia menjadi lebih percaya diri dan merasa puas dengan hidupnya,” jelasnya.

Lebih lanjut lagi ia menyampaikan, hal tersebut membuatnya juga merasa puas dalam kehidupan rumah tangga, dalam relasi pernikahan dan membantunya lebih adaptif mengurus pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.

Baca Juga: Begini Cara Pembagian Peran Suami dan Istri Saat Work From Home

Hal ini membuatnya juga merasa puas dalam kehidupan di rumah, dalam relasi pernikahan dan membantunya lebih adaptif mengurus pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.

Menurut Pingkan, saat istri kurang mendapatkan dukungan, ia bisa mengalami work-family conflict yang tinggi.

“Kurangnya dukungan dari kantor dapat memperbesar kemungkinan istri merasa tertekan/stress, sedangkan jika tidak mendapat mendapat dukungan dalam melaksanakan rumah tangga, istri bisa kewalahan dan tidak sempat merawat dirinya sendiri,” paparnya.

(*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja