Beauty Filter di TikTok, Instagram dan Snapchat Buat Pengidap Facial Dysmorphia Meningkat, Apa yang Terjadi?

Citra Narada Putri - Minggu, 23 Mei 2021
Beauty filter di media sosial buat pengidap facial dysmorphia meningkat.
Beauty filter di media sosial buat pengidap facial dysmorphia meningkat. Viktoriia Hnatiuk

Tanpa kita sadari, disampaikan Dr. Helen, hal ini akan membuat kita membandingkan diri dengan citra diri kita yang palsu.

Di sisi lain, wajah yang ‘cantik’ hasil editan atau rekayasa beauty filter membuat para pengguna media sosial mendapatkan respon positif dalam bentuk like dan komentar.

“Ini akan memberikan suntikan dopamin. Mereka menyadari bahwa mereka populer dan suka dengan perasaan ini sehingga ingin melakukannya lagi,” tambah Dr. Helen.

Tidak heran jika munculnya era beauty filter dan aplikasi edit beberapa tahun belakangan membuat banyak permintaan operasi kosmetik.

Penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University menemukan bahwa pengguna media sosial lebih cenderung mempertimbangkan untuk melakukan operasi kosmetik.

Baca Juga: Unggah Foto Wajahnya Pakai Filter, Nana Mirdad Bicara Soal Self Love

Lebih lanjut, penelitian oleh American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery (AAFPRS) seperti melansir USA Today dikemukakan bahwa sekitar 55 persen ahli bedah plastik pada tahun 2018 melaporkan bahwa pasien mereka melakukan operasi plastik karena ingin tampil lebih baik saat melakukan selfie.

Dengan kata lain beauty filter tidak hanya mendorong penggunanya untuk membuat perubahan dalam kehidupan nyata, tapi juga perubahan yang sesuai dengan keinginannya.

Terlepas dari tujuan melakukan operasi kosmetik, menggunakan beauty filter dan aplikasi editing lainnya ternyata dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius.

“Foto selfie dan editing membuat pengguna membandingkan penampilan yang sebenarnya dengan tampilan retouched yang ’ideal’ serta tidak realistis, yang tidak mungkin dicapai dalam kehidupan nyata,” ujar professor Phillipa Diedrichs, psikolog di Center of Appearance Research di University of West England.

Menurut penelitian yang dilakukannya bersama dengan Dove Self-Esteem Project, sekitar 60 persen anak perempuan merasa kesal ketika penampilan asli mereka tidak cocok dengan versi online mereka sendiri.

Baca Juga: Viral di TikTok, Ternyata Teknik Makeup Sun Cream Contouring Berbahaya

Dalam penelitian tersebut mereka merasa lebih cemas, kurang percaya diri dan kurang menarik secara fisik ketika mengedit foto selfie mereka.

Kesenjangan antara ekspektasi dan kenyataan tersebut dapat menyebabkan body dysmorphic disorder yang ternyata umum dialami di kalangan pengguna media sosial.

Memang, menggunakan beauty filter atau aplikasi editing adalah hak setiap orang.

Namun, semoga kita semua menyadari bahwa apapun bentuk wajah dan tubuh kita adalah cantik apa adanya yah Kawan Puan.(*)

Sumber: Forbes,USA Today,Metro
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

BERITA TERPOPULER FASHION & BEAUTY: Tips Cantik Kareena Kapoor hingga Skincare Tzuyu TWICE