Apa Strategi dalam Rumah Tangga Supaya Istri Bisa Meraih Mimpinya?

Putri Mayla - Rabu, 26 Mei 2021
Ilustrasi membagi tugas domestik suami istri
Ilustrasi membagi tugas domestik suami istri istock

Parapuan.co - Selama pandemi, menurut pengakuan salah seorang pegawai swasta yang bernama Justru Pakpahan pada PARAPUAN, Selasa (18/5/2021), ia dan istrinya yang sama-sama bekerja membagi pekerjaan rumah tangga.

Meski ia dan istrinya sama-sama bekerja, pembagian peran domestik tidak menjadi masalah baginya.

Meski tidak ada pembagian tugas secara khusus dengan istri, pembagian tugas rumah tangga dikerjakan berdasarkan waktu di luar jam kerja mereka yang memiliki sistem shifting.

Pekerjaan domestik yang mereka lakukan yakni seputar mengurus anak dan membersihkan rumah.

Baca Juga: Pembagian Peran dalam Keluarga Berawal dari Komunikasi dan Kesepakatan Bersama

"Saya dan istri kerjaannya shifting, jadi kalau istri saya masuk di pagi, saya di shift sore berarti saya mengerjakan semua pekerjaan rumah yang berhubungan tugas di pagi hari, seperti mandiin anak saya, kasih makan, nyapu, cuci piring," ungkap Justru Pakpahan.

Ia menambahkan, begitu juga saat kerja di shift sore, istri yang mengerjakan pekerjaan di sore harinya.

Hal yang sama dilakukan oleh Eka Budhi Sulistyo, seorang pegawai pemerintahan yang istrinya juga bekerja.

Sistem kerja dari rumah (WFH) yang dilakukan Eka dan istrinya kerja dari kantor (WFO) membuat mereka membagi pekerjaan rumah tangga.

Pekerjaan rumah tangga yang ia lakukan seperti mencuci, menyapu halaman, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Hal ini juga bisa dilihat dari hasil riset PARAPUAN bertajuk Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri pada 16 - 19 April 2021.

Riset tersebut menunjukkan ada 34 persen dari 234 responden laki dan perempuan yang membagi peran domestik antara suami dan istri.

Pembagian peran ini salah satunya karena perubahan sistem kerja selama kerja dari rumah (WFH).

Selain itu, pembagian peran dan beban rumah tangga bisa bergantung dengan nilai pribadi suami dan istri seperti yang dikatakan oleh Psikolog klinis dewasa, Pingkan Rumondor pada PARAPUAN, Selasa (18/5/2021).

"Bagi pasangan yang memiliki nilai atau pandangan tradisional, maka biasanya perempuan menjadi ibu rumah tangga (mengurus anak, mengurus keuangan keluarga, memastikan rumah rapi dan makanan tersedia)," ungkapnya.

Baca Juga: Pembagian Peran Domestik yang Baik Bikin Hubungan Pasutri Makin Solid

Sedangkan laki-laki mencari nafkah serta aktif dalam kegiatan di luar rumah.

Kalaupun bekerja, biasanya istri bukanlah pencari nafkah utama.

"Bagi pasangan yang memiliki nilai/pandangan egaliter, maka pembagian tugas perlu dilakukan secara adil dan disepakati kedua belah pihak," tambahnya.

Seperti yang dilakukan oleh Justru Pakpahan dan istrinya yang membagi pekerjaan rumah tangga saat pergantian shift kerja dengan istrinya.

Begitu pun dengan Eka yang membagi pekerjaan rumah tangga dengan istrinya yang memiliki sistem kerja yang berbeda yakni WFH dan WFO.

Menurut Pingkan, pasangan yang memiliki nilai egaliter idealnya tugas rumah dikerjakan berdasarkan kemampuan dan minat masing-masing.

Utamanya dalam mengurus anak, yang idealnya dilakukan bersama-sama antara suami dan istri.

Istri juga bisa meraih mimpinya

Pembagian peran dan beban dalam rumah tangga yang berdasarkan kesepakatan bersama ini bisa saling memudahkan antara suami dan istri.

Sehingga, sang istri juga bisa turut mengembangkan dirinya dan meraih mimpinya.

Baca Juga: [KUIS] Tipe Perempuan dalam Mewujudkan Mimpi, Kamu yang Mana?

Lantas, cara yang bisa dilakukan dalam rumah tangga supaya istri bisa meraih mimpinya?

Pingkan mengatakan, "Agar istri bisa mengejar mimpi misalnya melanjutkan sekolah atau bekerja, maka ia membutuhkan lingkungan yang mendukung, bukan hanya dari rumah tangga/pasangan, tapi juga dari lingkungan pekerjaan."

Lebih lanjut lagi menurut Pingkan, strategi yang bisa dilakukan dalam rumah tangga yakni:

  • Mendiskusikan mimpi yang ingin diraih dengan pasangan.
  • Membuat rencana pembagian tugas dengan pasangan (sesuaikan dengan nilai pribadi dan nilai pasangan).

(*)

 

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati