Parapuan.co - Tahukah kamu bahwa apa yang biasa kita lakukan sehari-hari akan memengaruhi pikiran dan kepribadian kita?
Semisal kamu bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat kerja, pulang ke rumah, mandi, makan, lalu tidur lagi, terus begitu setiap hari.
Kebiasaan yang kamu lakukan setiap hari itu sudah terprogram dalam dirimu dan menjadi rutinitas.
Kamu melakukannya secara berulang, sehingga merasa hidupmu begitu-begitu saja tanpa ada sesuatu yang berarti.
Kalau sudah begitu, terkadang kamu akan merasa bosan dan sesekali mungkin muncul rasa malas melakukan rutinitas tadi.
Baca Juga: Menyendiri Ternyata Baik untuk Kesehatan Mental, Ini 3 Manfaatnya
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindarikan diri dari kebosanan tersebut?
Sebelum membahas lebih lanjut tentang itu, ketahui dulu mengapa tubuh dan pikiran kita yang sudah terbiasa melakukan sesuatu secara rutin bisa merasa bosan.
Salah satu alasannya adalah karena kita tidak memegang kendali diri sendiri, melainkan mengerjakan semua hal secara autopilot.
Apa itu autopilot?
Menurut praktisi kesehatan mental Adjie Santosoputro, autopilot dikenal pula dengan istilah automaticity.
Istilah tersebut merujuk pada tindakan reflek atau otomatis yang kita lakukan karena sudah tertanam di pikiran tentang sesuatu hal.
Sebagai contoh, saat mandi, seseorang misalnya memulai dengan gosok gigi, membasuh badan, baru kemudian mencuci muka.
Autopilot membuat ritual mandi mengalir begitu saja, tanpa seseorang menyadari apakah airnya dingin atau tidak, atau tubuh mereka terasa segar setelah disiram air atau tidak.
Contoh lain yang paling sederhana adalah menjawab 'baik' ketika ada orang bertanya 'apa kabar?'.
"Seperti misalnya temen-temen tadi langsung jawab baik waktu saya menyapa apa kabar," kata Adji Santosoputro di acara workshop via Zoom bertajuk Stop Autopilot, Start Taking Control, yang diadakan pada Sabtu, 29 Mei 2021 lalu.
Baca Juga: Instagram Sembunyikan Likes, Adakah Pengaruhnya bagi Kesehatan Mental?
"Ditanya kabar langsung jawab 'baik' itu sudah otomatis. Padahal belum tentu benar-benar baik. Jangan-jangan cuma pura-pura baik," imbuhnya.
"Buktinya ada, kan, yang jawab bingung, males, kayaknya baik, apa lagi tadi?" Ujarnya merujuk pada jawaban para peserta workshop.
Adji menambahkan, autopilot bukanlah sesuatu yang keliru dan perlu dihentikan.
Akan tetapi, autopilot atau automaticity atau perilaku otomatis mesti kita sadari.
Maksudnya, jika sedang mandi, penting bagi seseorang untuk menyadari ada air mengalir membasahi tubuhnya.
Dengan meningkatkan kesadaran tadi, seseorang akan hidup lebih mindful dan kualitas hidupnya juga bisa semakin baik.
Intinya adalah bisa menghayati segala sesuatu yang sederhana supaya menjadi lebih bermakna.
Cara agar hidup lebih mindful
Praktisi yang dikenal pula sebagai penulis itu menjelaskan bahwa menyadari adanya autopilot dapat membuat seseorang hidup lebih mindful.
Caranya ialah dengan mulai mengambil kendali atas dirinya atau taking control, kapan perlu autopilot dan kapan harus lebih mindful (penuh penghayatan).
Di saat-saat tertentu, penghayatan penting dilakukan supaya kita lebih mampu memaknai hidup.
Bahkan untuk urusan bernapas yang autopilot, adakalanya perlu kita sadari bagaimana udara masuk lewat hidung, memenuhi rongga dada, lalu kita hembuskan kembali.
Baca Juga: Bisa Jadi Pertimbangan, Ini Bahaya Kencan Online bagi Kesehatan Mental
Melakukannya tidak memerlukan konsentrasi, tetapi cukup dengan merasakan masuk dan keluarnya udara saja.
Jika dilakukan, hidup penuh kesadaran seperti ini secara tidak langsung dapat membuat mental kita tetap sehat.
Pasalnya dari menyadari autopilot dan mengurangi mode otomatisasi tindakan, kita akan lebih banyak bersyukur.
Wah, tampaknya Kawan Puan perlu mulai menyadari autopilot dan menerapkan kesadaran hidup, nih.
Kalau bingung, kamu bisa memulainya dengan menyadari napas dan menikmati keluar masuknya udara ke dalam tubuhmu, ya. (*)