Tantangan Maureen Hitipeuw, Founder Komunitas Single Moms Indonesia, dalam Menerima Dirinya

Arintha Widya - Kamis, 3 Juni 2021
Maureen Hitipeuw founder komunitas Single Moms Indonesia
Maureen Hitipeuw founder komunitas Single Moms Indonesia

Ia menambahkan, dirinya melewati lima tahapan kedukaan sampai akhirnya bisa move on dan mendirikan Komunitas Single Moms Indonesia.

"Untuk healing sendiri biasanya ada yang namanya lima tahap kedukaan. Yang pertama itu denial (penyangkalan)," imbuhnya.

"Biasanya awalnya menyangkal. Lalu kedua anger atau kemarahan, di mana orang akan mulai marah gitu, ya."

"Kemudian tahap berikutnya tawar-menawar, depresi, baru self acceptance atau penerimaan," kata Maureen lagi.

Lebih lanjut, Maureen memaparkan beberapa tips melatih self acceptance secara bertahap, yaitu:

Baca Juga: Arisan Parapuan Ajak Perempuan Indonesia untuk Mewujudkan Mimpinya

1. Be kind to yourself - rangkul dan bersikap baiklah kepada diri sendiri.

2. Confront your fears - hadapi semua perasaan takut.

3. Stay positive - ciptakan lingkaran positif dalam hidup.

4. Accept imperfection - terima semua ketidaksempurnaan dalam diri.

5. Don't take things personally - berhenti menginternalisasi segala sesuatu.

6. Change your narrative - ubah cerita hidup sesuai yang kamu percaya.

7. Forgive - memaafkan diri sendiri dan orang lain.

8. Believe in yourself - percaya pada diri sendiri.

9. Don't give up! - jangan pernah menyerah.

10. Self acceptance is a process - penerimaan merupakan suatu proses terus menerus dan semua tidak berhenti sampai di sini.

Nah, itulah tadi tantangan Maureen Hitipeuw dalam perjalanannya menerima keadaan sebagai ibu tunggal hingga jadi founder SMI.

Intinya adalah, untuk bisa menyembuhkan diri dari rasa sakit, kamu harus menerima kesakitan itu lebih dulu.

Tetap semangat dan hargai dirimu, ya, Kawan Puan.

Sesulit apapun hidupmu, kamu tetap berharga bagi keluarga, anak, dan kedua orang tua, kok. (*)

Sumber: Liputan
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Kemandirian Perempuan: Motivasi atau 'Ancaman' bagi Laki-Laki?