Nah jika persepsi yang ada di dalam masyarakat ini tidak terpenuhi dalam lingkup rumah tangga, maka individu yang bersangkutan akan dipandang tidak wajar dan tidak normal.
Seperti misalnya, suami tinggal di rumah, mengurus pekerjaan rumah tangga, sedangkan istrilah yang mencari uang atau bekerja.
Masyarakat cenderung membuat opininya sendiri bahwa sang suami malas-malasan atau tidak mau mencari kerja dan lain sebagainya.
Selain itu, ketika laki-laki melakukan pekerjaan rumah yang identik dengan tugas perempuan juga kerap membuat suami dipandang rendah dalam sosial.
Nah, karena persepsi inilah, banyak sebagian besar suami enggan atau malu melakukan tugas rumah tangga ini.
Padahal seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pembagian rumah tangga ini berkontribusi besar dalam mewujudkan rumah tangga yang harmonis.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengajak Suami Mengerjakan Tugas Rumah Tangga? Ini Saran Psikolog
Menanggapi hal tersebut, Anindita membagikan beberapa tips yang istri bisa lakukan untuk membantu dan mendukung suami agar tidak malu melakukan tugas rumah tangga.
Berikut adalah beberapa tipsnya:
1. Diskusikan mengenai pandangan, ekspektasi dan perasaan mengenai pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga yang diinginkan.
2. Yakinkan bahwa apa yang dilakukan oleh pasangan tidak secara mutlak menentukan maskulinitasnya.
Bila perlu, berikan contoh-contoh kongkretnya seperti public figure, tokoh masyarakat atau kerabat.
3. Ada baiknya pembagian tugas dan peran dilakukan berdasarkan minat, bakat dan keahlian masing-masing.
Bukan berdasarkan gender yang bersifat konvensional.
Baca Juga: Cara Asyik Ajak Suami agar Mau Ikut Berbelanja Bersamamu, Wajib Coba!
4. Apresiasi usaha pasangan dalam bentuk verbal dan non-verbal.
5. Bersikap fleksibel lah dalam bekerjasama dan menyelesaikan tugas.
6. Secara berkala lakukan evaluasi, apakah ada yang merasa terbebani atau keberatan karena ada ketimpangan dalam pembagian tugas.
Nah Kawan Puan, jika masyarakat disekitar belum begitu terbuka dengan pembagian tugas rumah tangga ini, disikapi saja dengan tenang dan santai.
Menurut Anindita, tidak semua orang paham mengenai perbedaan antara kodrat dan konstruksi sosial. (*)