Parapuan.co - Kawan Puan, kata utang sering kali diartikan sebagai suatu hal yang negatif.
Namun perlu kamu ketahui, bahwa utang tidak selamanya buruk karena ada juga jenis utang yang sifatnya baik.
Melansir dari Kompas.com, Yosephine P. Tyas dari Perencana Keuangan Finansialku menyampaikan bahwa ada dua tipe utang, yakni utang konsumtif dan produktif.
Yuk kita pahami keduanya lebih lanjut!
Baca Juga: Jangan Gegabah! Perhatikan 3 Hal Ini Sebelum Memutuskan Berutang
1. Utang Konsumtif
Kawan Puan, utang konsumtif adalah uang pinjaman yang digunakan memenuhi kebutuhan konsumsi.
Utang jenis ini tidak memiliki dampak positif atau menambah penghasilan si peminjam.
Contoh utang konsumtif ini adalah penggunaan kartu kredit, pinjaman online atau Kredit Tanpa Agunan atau KTA.
Biasanya utang jenis ini digunakan untuk membeli barang yang sifatnya keinginan dan bukan kebutuhan.
Barang-barang konsumsi yang dibeli juga cenderung akan mengalami penyusutan nilai atau harga.
Sehingga saat dijual lagi, harga barang-barang tersebut turun drastis dari harga beli aslinya.
Baca Juga: Terlilit Utang? Lakukan 4 Tips Ini untuk Melunasinya agar Tak Menumpuk
Yosephine menyarankan untuk menghindari utang jenis ini, dan kalau pun terpaksa ia menegaskan untuk melihat rasio cicilan utang terlebih dahulu.
“Cicilan utang maksimal 35 persen dari penghasilan bulanan,” katanya.
Pastikan cicilan utang tidak lebih dari 35 persen pendapatan bulanan kamu, Kawan Puan.
Contohnya, jika penghasilan yang didapat adalah Rp 10 juta per bulan, maka maksimal cicilan utang yang dapat kamu ambil adalah Rp 3,5 juta.
2. Utang Produktif
Berbeda dengan utang konsumtif yang memiliki sifat negatif, utang produktif memiliki sifat yang positif, Kawan Puan.
Utang produktif adalah utang yang digunakan untuk mendapatkan barang atau aset yang nilainya bisa naik dan menambah penghasilan.
Contohnya Kredit Usaha, Kredit Modal Kerja atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Meski dianggap bermanfaat, pengambilan utang produktif ini juga perlu diperhatikan ya, Kawan Puan.
Memiliki utang produktif yang terlalu banyak juga dapat berdampak pada cashflow atau tabungan.
Baca Juga: Simak 3 Kiat Efektif Ini Untuk Melunasi Utang Selama Pandemi
Salah-salah utang produktif ini justru dapat berubah menjadi utang konsumtif, jadi bijaklah dalam mengambil utang jenis ini.
“Kita perlu bijak dalam mengambil keputusan berutang secara produktif,” kata Yosephine.
Nah Kawan Puan, dalam mengambil utang produktif, pastikan rasio utang sehat, ketahui berapa bunga yang akan dibayar, dan buat rencana pelunasan utang yang matang.
Jika kamu ingin mengambil utang produktif untuk modal usaha, pikirkanlah manajemen risikonya.
Bila ternyata penghasilan per bulan dari bisnis yang dirintis tidak stabil, Yosephine menegaskan untuk kamu tidak berutang.
Kawan Puan, berutang memang sah-sah saja untuk kamu lakukan, terlebih jika utang tersebut produktif dan menambah penghasilan atau aset kekayaan.
Namun perlu diingat, pahami dulu kemampuan bayarnya.
Jangan berutang untuk sesuatu yang tidak kamu butuhkan! (*)