Parapuan.co – Pelecehan seksual membawa trauma tersendiri bagi para korbannya, terutama perempuan. Mereka mungkin akan memiliki gangguan mental dan psikis.
Terlebih jika mereka memilih untuk mengisolasi dan menarik diri dari lingkungan sekitar.
Bahkan, ada beberapa alasan korban pelecehan seksual memilih diam daripada mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi.
Ketika korban pelecehan memilih untuk menarik diri, mereka semakin enggan untuk melaporkan kasus pelecehan seksual yang dialami.
Seperti yang dilansir dari Psychology Today, perempuan enggan bersuara karena:
Baca Juga: Malu, Salah Satu Alasan Mengapa Korban Pelecehan Memilih Diam
Merasa Malu
Salah satu alasan yang menyebabkan korban pelecehan seksual enggan untuk menyuarakan apa yang mereka alami adalah karena rasa malu.
Rasa malu adalah inti dari luka emosional yang dialami perempuan saat mereka dilecehkan secara seksual.
Hal ini seperti yang dinyatakan oleh pakar rasa malu Gershen Kaufman dalam bukunya Shame: The Power of Caring.
“Malu adalah reaksi alami saat adanya pelanggaran atau pelecehan. Faktanya, pelecehan adalah sesuatu yang memalukan dan tidak manusiawi.”
Rasa malu ini seringkali membuat korban menyalahkan diri sendiri atas perbuatan seksual yang dilakukan pelakunya.
Rasa malu juga bisa membuat seseorang merasa terisolasi dan terpisah dari keramaian.
Bahkan, dalam budaya primitif korban pelecehan seksual diusir dari suku ketika mereka melanggar aturan masyarakat.
Takut Akan Akibatnya
Ketakutan akan akibatnya adalah hambatan besar yang dihadapi perempuan ketika harus melaporkan pelecehan atau penyerangan seksual yang mereka alami.
Saat melaporkan hal tersebut, mereka akan memiliki kekhawatiran seperti takut kehilangan pekerjaan, tidak akan menemukan pekerjaan lain, kehilangan kredibilitas, dikucilkan oleh masyarakat, dan bahkan takut akan keselamatannya.
Bahkan, korban juga takut apabila mereka melaporkan kejadian yang mereka alami bukannya mendapat perlindungan dan penanganan tapi malah disangkal dan disalahkan.
Baca Juga: 5 Jenis Pelecehan Seksual di Internet, Salah Satunya Perilaku Menggoda
Rasa Rendah Diri
Beberapa korban merasa jika mereka memiliki harga diri yang sangat rendah sehingga mereka tidak menganggap pelecehan yang dialami sebagai hal yang sangat serius.
Mereka tidak menghargai atau menghormati tubuh mereka sendiri atau integritas mereka sendiri, jadi jika seseorang melakukan pelecehan seksual, korban akan menganggapnya sebagai hal yang remeh.
Pelanggaran seksual melukai harga diri dan konsep diri seorang perempuan.
Semakin banyak seorang perempuan bertahan, semakin membuat citra dirinya menjadi terdistorsi.
Sedikit demi sedikit tindakan tidak hormat, objektifikasi, dan mempermalukan mengikis harga perempuan bahkan membuat mereka tidak menghargai dirinya dan perasaannya.
Rasa Putus Asa dan Tidak Berdaya
Korban pelecehan seksual seringkali tidak menemukan solusi karena pelecehan yang mereka alami. Keadaan ini akan mengembangkan rasa putus asa dan tidak berdaya korban.
Ketidakberdayaan adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki rasa tidak berdaya yang timbul dari peristiwa traumatis dan dianggap sebagai salah satu penyebab utama depresi.
Psikolog Martin Seligman dan Steven D. Meier mengatakan, ketidakberdayaan adalah fenomena yang menunjukkan seseorang merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi, mereka cenderung menyerah begitu saja dan menerima nasib mereka.
Baca Juga: Cerita Korban Pelecehan Seksual di KRL yang Dapat Respon Mengecewakan oleh Commuter Line
Perempuan yang telah diserang atau dilecehkan secara seksual merasa sangat tidak berdaya.
Ini terjadi karena kemungkinannya sangat tinggi saat mereka tidak menerima keadilan yang sangat dibutuhkan.
Ketakutan ini dapat menyebabkan perempuan berpikir jika tidak ada tempat untuk berlindung, merasa terjebak, dan bahkan putus asa.
Kebanyakan perempuan merasa bahwa mereka sendirian dalam melindungi diri dari pelecehan seksual.
Meskipun mereka mungkin mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi diri sendiri, mereka masih merasa tidak berdaya untuk mengubah situasi. (*)