Misalnya, anak mungkin mendapatkan konten dewasa ketika:
- Membuka email atau teks spam
- Salah mengetik alamat web
- Melakukan pencarian web untuk istilah nonseksual yang mungkin sebenarnya memiliki makna seksual.
Meskipun eksplorasi seksual itu normal, penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa hubungan seksual yang digambarkan dalam konten dewasa tidak realistis dan sering kali menggambarkan bentuk ekspresi seksual yang tidak sehat.
Baca Juga: Mengenal Disgrafia, Tulisan Tangan Buruk pada Anak dan Bedanya dengan Disleksia
Sebagai orang tua, kita juga perlu mendidik anak-anak kita tentang bagaimana hubungan seksual yang digambarkan dalam konten dewasa.
Hal ini dapat membuat mereka belajar membedakan konten dewasa dan bagaimana hubungan seksual yang sebenarnya suatu hari nanti.
Untuk mencegah anak terpapar konten dewasa memberikan batasan dalam menggunakan internet tentunya bukan hal yang baik.
konten dewasa dapat muncul di manapun bahkan dalam konten anak-anak.
Dengan itu, orang tua memeliki peran untuk memberikan penjelasan dan penenekanan.
Jika anak mendapati konten dewasa, katakan bahwa mereka harus segera memberitahu ayah atau ibunya.
Kita perlu mendidik mereka tentang bagaimana melakukan hubungan seksual yang aman dan bertanggung jawab.
(*)