Ciri Perempuan Tipe Pengelola dalam Menggapai Mimpi, Tidak Akan Membiarkan Apapun Menghalangi

Rizka Rachmania - Selasa, 15 Juni 2021
Ilustrasi tipe perempuan pengelola
Ilustrasi tipe perempuan pengelola tun723

Bertepatan dengan ia harus melaksanakan audit sebagai salah satu tugasnya di kantor.

Baca Juga: Tanpa Disadari, Rutinitas Jadi Alasan Kenapa Waktu Terasa Cepat

Kacau, pikiran otomatis terbelah antara pekerjaan atau kehidupan rumah tangga.

Tapi Nenden sadar, posisi manajer ini adalah cita-cita dan impian yang ia inginkan sejak dulu.

Cita-cita yang akan menjadi pembuktian dirinya ke orang tua kalau ia bisa sukses.

"Saya tidak mau, perselingkuhan suami menghentikan langkah saya dalam meraih mimpi. Saya perempuan, saya sadar saya punya mimpi, dan saya harus pegang kendali atas mimpi saya sendiri," cerita Nenden pada PARAPUAN.

Nenden pun berangkat ke tempat audit, pikirannya fokus ke pekerjaan dan mengesampingkan urusan rumah tangga.

"Saya tidak mau impian selama ini hancur karena peristiwa yang tiba-tiba terjadi. Saya akan terus berada di jalan saya mewujudkan mimpi," ucap Nenden kala itu.

Beruntung, audit berjalan lancar dan ia bahkan diterima sebagai manajer tetap di perusahaan tempat bekerja, tanpa harus presentasi ke headquarter di Eropa sebagai syarat lulus probation.

Baca Juga: Survei PARAPUAN Membuktikan Perempuan Indonesia Kini Berani Memilih Bekerja atau Tidak

Lega, ia puas bisa memegang kendali atas mimpi dan hidupnya dengan meraih jabatan yang sejak dulu diinginkan.

Baru setelah itu, saya mulai bicara dengan suami.

Saat itu ia berpikir bahwa tidak mau dikontrol oleh orang lain, dan tidak ingin sang suami merampas kehidupan miliknya.

Ia tidak mau jadi korban dalam sebuah hubungan yang toksik. Alhasil, Nenden pun memilih pisah dari suaminya.

"Menyesal mungkin ada, namun saya tidak terlarut dalam pikiran buruk. Pikir saya, 'Menikah dengannya adalah keputusan yang dulu saya ambil, maka saya harus terima risiko jika memang saat ini kami harus berpisah,'” cerita Nenden pada PARAPUAN.

"Saya ambil sikap dengan kembali memegang kendali atas hidup. Kembali saya berpikir, 'Saya ini manusia loh, saya ini perempuan. Saya ini seorang yang utuh.

"Diri dan hidup ini adalah milik saya, jadi saya yang berhak mengambil kendali atas hidup. Saya tidak mau orang lain mengontrol pikiran maupun tubuh saya.”

Setelah berpisah, Nenden justru merasa lebih bahagia, lebih tenang, dan menemukan dirinya yang dulu, seorang Nenden yang hangat, ceria, fokus pada impiannya, dan dekat dengan keluarga serta teman.

Baca Juga: Senang Bergaul Bisa Bantu Sukseskan Karier, Kawan Puan Wajib Simak!

Dimana ia menyadari sosok Nenden yang hangat dan ceria itu hilang selama pernikahan. Ia merasa dirinya yang kemarin bukan seperti aslinya.

Kini, Nenden kembali memfokuskan pikirannya pada pekerjaan, karena ada goal berikutnya yang mau ia raih dalam lima tahun mendatang.

"Saya ingin dalam lima tahun mendatang, saya bisa menjadi manajer yang bisa handle beberapa cabang perusahaan di berbagai negara.

"Sekarang ini saya pegang jabatan manajer perusahaan masih 1 ½ tahun.

"1-2 tahun ke depan saya belajar dan memahami segala hal yang dibutuhkan di posisi ini. Misalnya jadi manajer yang baik itu untuk apa, apa yang diperlukan sebagai manajer, dan sebagainya.

Lalu 3 sampai 4 tahun mendatang mengembangkan kemampuan yang dimiliki, dan 5 tahun bekerja, saya mulai mewujudkan cita-cita untuk menjadi manajer yang handle beberapa cabang perusahaan sekaligus," tutur Nenden lebih jauh.

Nenden pun meninggalkan pesan untuk para perempuan di luar sana, “Jangan pernah takut mengambil sikap. Termasuk mengambil sikap untuk mengakhiri hubungan dengan pasangan jika sudah tidak bahagia.

Baca Juga: Selain Menuliskannya, Ini 5 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Kendalikan Rasa Cemburu

“Kita perempuan berhak bahagia, memegang kendali atas mimpi dan kehidupan kita. Maka jangan ragu mengambil sikap. Tanamkan mindset positif karena dengan begitu kamu bisa lebih berkembang.” (*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania