Parapuan.co - Tanpa kita sadari, mungkin kita adalah korban toxic positivity lo, Kawan Puan.
Atau malah sebaliknya, kita justru menebarkan toxic positivity pada orang lain.
Kamu pernah tidak, mendengarkan nasihat atau saran dari orang lain yang bukannya membuat lebih bersemangat justru makin tertekan dan stres?
Berbicara dengan sahabat maupun keluarga adalah langkah yang umum dilakukan ketika mengalami kesedihan.
Membagikan beban serta mendapatkan dukungan bisa membantu membangkitkan semangat.
Baca Juga: Mengalami Toxic Positivity dari Lingkungan Sekitar? Begini Cara Mengatasinya
Tapi ternyata ada beberapa semangat yang justru tidak boleh dikatakan kepada teman atau sahabat yang tengah menceritakan masalahnya.
Kata-kata ini sering kita dengar sebagai penyemangat, tetapi justru berujung meremehkan kesedihan mereka.
Prita Yulia Maharani, M.Psi., psikolog dari aplikasi konseling Riliv, menyatakan bahwa kata-kata semangat ini disebut ‘Toxic Positivity’.
“Kata-kata ini terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena tidak divalidasi,” kata perempuan asal Surabaya saat acara Kita Kumpul Online oleh komunitas Narasi yang bekerja sama dengan Riliv digelar pada 4 Juni silam, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN, Rabu (16/6/2021).
Prita menambahkan bahwa saat mendengarkan, penting untuk menerapkan empati atau memahami kondisi orang secara utuh.
“Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima agar tidak menumpuk,” terangnya.