Parapuan.co – Kasus pelecehan seksual masih kerap kita temukan di lingkungan sekitar.
Tentunya perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan.
Tak hanya itu, perempuan korban pelecehan kerap kali memilih bungkam.
Bukan tanpa alasan, mereka yang menjadi korban pelecehan seksual sering kali merasa malu dan menganggap diri mereka rendah.
Keadaan ini bisa lebih buruk jika korban memilih mengisolasi dan menarik diri dari lingkungan.
Namun, ada juga korban yang sudah berusaha melaporkan peristiwa yang mereka alami.
Alih-alih mendapatkan perlindungan dan dukungan, sering kali korban yang bersuara malah disangkal dan bahkan disalahkan.
Baca Juga: Ternyata Ini 4 Alasan Mengapa Korban Pelecehan Seksual Memilih Diam
Ini membuat mereka mempertimbangkan apakah seharusnya bersuara atau memilih bungkam.
Baru-baru ini pelecehan seksual kembali memakan korban.
Bahkan pelaku pelecehan tersebut seorang publik figur berinisial GH.
Pada (09/06/2021) lalu, akun Twitter @quweenjojo menceritakan pengalamannya menghadapi kekerasan seksual secara fisik.
Berdasarkan penuturan pemilik akun Twitter @quweenjojo, dirinya mengalami kekerasan seksual berupa pelecehan secara fisik yang ditujukan pada bagian tubuh sensitif di ruang publik dengan disaksikan orang-orang.
Korban menceritakan pengalamannya melalui utas di Twitter agar pelaku menyadari perbuatannya tersebut dan tidak mengulanginya kembali, serta mengingatkan publik untuk tidak menjadikan pelecehan seksual sebagai bahan bercanda dan menolong korban adalah tanggung jawab semua orang.
Setelah pengakuan korban menjadi viral di masyarakat, GH menyangkal tuduhan tersebut dan siap menyelesaikan kasus ini secara hukum.
Sering kali korban pelecehan seksual menghadapi tantangan luar biasa dalam memproses kasus yang mereka alami secara hukum, di antaranya adalah beban untuk melakukan pembuktian bahwa kekerasan seksual tersebut benar terjadi.
Kekerasan seksual cukup sulit untuk dibuktikan karena biasanya terjadi di ruang-ruang tertutup dan tidak terdapat saksi.
Baca Juga: Malu, Salah Satu Alasan Mengapa Korban Pelecehan Memilih Diam
Atau jika terjadi di ruang terbuka pelecehan berlangsung secara spontan dan cepat sehingga korban kerap tidak bisa mempersiapkan diri untuk menyimpan barang buktinya.
Korban pelecehan seksual yang memiliki trauma hebat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memproses pengalaman yang mereka alami.
Ini yang membuat korban terlambat menyuarakan apa yang mereka alami.
LBH APIK Jakarta dan SAFEnet memberikan apresiasi sebesar-besarnya pada korban yang telah kuat dan berani bersuara hingga memantik suara-suara korban lainnya.
Hingga 17 Juni 2021, LBH APIK Jakarta telah menerima 8 aduan kasus terkait dengan pelecehan seksual yang dilakukan publik figur GH, termasuk aduan dari pemilik akun Twitter @quweenjojo.
Melihat bahwa kemungkinan masih ada korban-korban yang belum berani bersuara, LBH APIK Jakarta dan SAFEnet serta para korban yang bersolidaritas membuka posko pengaduan untuk korban-korban lain yang ingin bersuara.
Baca Juga: 5 Jenis Pelecehan Seksual di Internet, Salah Satunya Perilaku Menggoda
Posko pengaduan GH dibuat sebagai ruang aman untuk menguatkan sesama korban, dan menyediakan pendampingan hukum, konseling psikologi, serta keamanan digital jika diperlukan.
Posko dibuka pada 18 Juni 2021 dan dapat diakses dengan menghubungi:
Email aduankorban.gh@awaskbgo.id
Instagram https://instagram.com/aduankorban.gh
Adanya posko ini bertujuan agar korban memiliki keberanian untuk besuara dan yang terpenting saling menguatkan dan memberi dukungan.
Tentunya kerahasiaan korban akan terjaga.
(*)