Parapuan.co - Kawan Puan mungkin mengetahui berita belakangan ini mengenai tingginya angka kasus positif Covid-19 pada anak Indonesia usia nol sampai 18 tahun.
Hal ini membuat Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A., memberikan imbauan khusus untuk anak Indonesia, terutama remaja.
Dalam konferensi pers virtual pada Kamis (24/6/2021), dia mengimbau remaja Indonesia harus menjadi agen perubahan yang mengingatkan kepada sebayanya untuk mematuhi protokol kesehatan.
"Kalian (remaja Indonesia) jadilah agent of change (agen perubahan). Jangan lupa ingatkan teman-teman untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19," ujar Aman dalam konferensi pers virtual tersebut.
Baca Juga: Kenali Herd Stupidity, Masalah Kebodohan Komunal Dalam Hadapi Pandemi
Menurutnya, ini tak lepas dari sikap remaja yang cenderung tidak mau mendengarkan nasihat orang yang lebih tua meski untuk kebaikan diri mereka sendiri.
"Remaja itu biasanya tidak suka mendengarkan nasihat orang, kecuali dari sebayanya atau dari orang lain yang dianggap hebat. Bahkan kalau orangtua memberikan nasihat, nasihatnya masuk kuping kiri, keluar kuping kanan," ucap Aman.
Selain itu, dia pun menyayangkan sikap remaja yang banyak beranggapan bahwa pandemi Covid-19 tidaklah nyata.
Bahkan, banyak remaja yang sering bermain di luar rumah tanpa mengenakan masker yang merupakan salah satu bentuk abainya mereka terhadap protokol kesehatan Covid-19.
"Percayalah bahwa pandemi Covid-19 ini ada dan kalian bukanlah (karakter pahlawan super) Ironman atau karakter super hero (pahlawan super) lainnya. Kalau kalian kena Covid-19, kalian bisa sakit dan meninggal," tegas Aman.
Remaja Harus Saling Menasihati Satu Sama Lain
Walau ada sejumlah remaja Indonesia yang menaati protokol kesehatan, sayang tidak semuanya seperti itu.
Agar remaja-remaja Indonesia lainnya ikut mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan, maka mereka sebaiknya dinasihati oleh teman-teman sebayanya.
Sebab, seperti yang tadi disinggung oleh Aman, remaja cenderung lebih mendengarkan nasihat dari teman sebayanya.
Nasihat dari sebayanya ini hendaknya disampaikan dengan menggunakan bahasa yang ringan dan nyambung dengan remaja, bukan dengan menggunakan bahasa yang berat.
Baca Juga: Ramai Obat Ivermectin untuk Terapi Covid-19, Ahli Farmasi UGM: Jangan Terlalu Cepat Percaya
"Pakailah bahasa ala remaja, yang sering digunakan remaja untuk berkomunikasi sehari-hari, agar cepat dan mudah dimengerti," saran Aman.
Namun, dia tidak mencontohkan bahasa ala remaja yang dimaksudnya.
Selain itu, mengingat remaja sangat lekat dengan media sosial, dia menilai bahwa media sosial bisa dimanfaatkan sebagai medium untuk menyampaikan nasihat terkait protokol kesehatan Covid-19.
"Nasihat untuk remaja (terkait protokol kesehatan Covid-19) itu bisa disampaikan dengan menggunakan media sosial seperti TikTok, YouTube, atau lainnya," kata Aman.
Tapi, dia tidak menjelaskan nasihat terkait protokol kesehatan Covid-19 itu harus dikemas seperti apa di media sosial agar remaja mau mematuhi dan menerapkannya.
Anak Bisa 'Nasihati' Orangtua yang Abai Protokol Kesehatan
Tak hanya menyorot generasi muda yang sering cuek terhadap protokol kesehatan Covid-19, orangtua yang melalaikan protokol kesehatan pun tak luput dari perhatian Aman.
Menurutnya, ada anak maupun remaja yang sudah menerapkan protokol kesehatan Covid-19 seperti mengenakan masker saat keluar rumah, tapi orangtuanya tidak bermasker.
"Anak pakai masker, tapi orangtuanya tidak pakai (masker). Itu kebangetan kalau menurut saya," kecam Aman.
Ini lantaran orangtua seharusnya memberikan contoh yang baik kepada anak, bukan justru memberikan contoh buruk.
Menurut dia, jika anak atau remaja mendapati orangtuanya bandel terhadap protokol kesehatan Covid-19, anak atau remaja sebaiknya menegur ayah dan ibunya.
Baca Juga: Terjadi Lonjakan Kasus, Ini 13 Gejala Covid-19 pada Anak yang Wajib Orang Tua Tahu
"Anak atau remaja bisa menasihati mereka (orangtua), tiap hari kalau perlu. Kan itu (tidak patuh protokol kesehatan Covid-19) berbahaya, orangtua bisa menulari anaknya," tegas Aman.
Jika orangtua tanpa disadari membawa dan menularkan virus Covid-19 dalam keluarga, maka seisi rumah dapat terjangkit virus dan dapat meningkatkan jumlah kasus positif di Indonesia.
"Bilang kepada orangtua bahwa tidak ada yang kebal dari virus ini, semua bisa terkena dan sakit. Ingat, (anak usia) remaja harus menjadi agent of change dalam melawan Covid-19," pungkas Aman.
Belakangan ini, jumlah anak atau remaja yang terkena Covid-19 meningkat di Indonesia.
Kompas.com memberitakan bahwa sampai Minggu (20/6/2021), dari total 1,9 juta kasus positif di Indonesia, sebanyak 250.000 kasus di antaranya menimpa anak berusia nol sampai 18 tahun.
Angka 250.000 kasus tersebut setara dengan 12,5 persen dari total 1,9 juta kasus.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Tinggi, Ini Keputusan Pemerintah Tangerang dan Depok Soal Sekolah Tatap Muka
Sejauh ini, sudah ada lebih dari 600 anak Indonesia meninggal akibat terpapar Covid-19.
Kawan Puan, pastikan kamu dan keluarga tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19, ya.
Selain itu, jika ada teman atau kerabatmu yang diduga terkena Covid-19 di Jakarta, kamu bisa menghubungi Layanan Darurat Covid-19 DKI Jakarta.
Nomor Layanan Darurat DKI Jakarta tersebut adalah 112, 081 112 112 112, dan 081 388 376 955.(*)