Salah satu kekurangan menjadi dropship adalah kamu tidak bisa mengontrol seberapa cepat barang akan dikirim dari supplier ke pelanggan.
Kamu juga tidak bisa memastikan apakah produk yang dikirim dalam keadaan layak atau dikemas dengan baik.
"Ada hal-hal yang ketika menjadi dropshipper itu enggak bisa dikontrol, contohnya kecepatan pengiriman barang dari supplier ke konsumen," ucap Sander.
Berbeda dengan reseller, dengan menjadi reseller kamu sudah pasti mengetahui kondisi barang yang akan kamu kirim karena barangnya memang ada di kamu.
Selain itu, kamu juga bisa mengemas produk dengan baik bahkan menambahkan beberapa produk 'bonus' untuk meningkatkan nilai dagang tokomu di mata konsumen.
Sampai di sini, baik dropshipper atau reseller memiliki kelebihannya masing-masing nih, Kawan Puan.
Baca Juga: Micro Mentor Indonesia Ungkap Pentingnya Mentoring Bagi Para Pelaku UMKM
Lalu bagaimana?
Sander mengungkapkan, baik dropshipper atau reseller dua-duanya sama sama menguntungkan.
Namun perlu dipahami dahulu nih seberapa besar kemampuan kita dalam berbisnis.
Jika kemampuan kita dalam dunia bisnis masih tergolong rendah dan belum punya pengalaman, Sander menyarankan kita untuk mencoba menjadi dropshipper terlebih dahulu.
Sebab, ya kita tidak membutuhkan modal dalam memulainya.
Baru setelah sudah terbiasa dengan aktivitas bisnis dan memiliki modal, kamu bisa mengembangkan usaha menjadi reseller atau bahkan membuka bisnis sendiri.
"Kalo ditanya mana yang lebih nguntungin, itu tergantung tingkat kematangan dalam berbisnisnya ada di mana.
"Jadi kalau misalnya baru awal jualan online, itu lebih aman jadi dropship dulu soalnya enggak pake stok (barang)," jelas Sander.
Nah, bisa kita coba, nih, Kawan Puan! (*)