Stop! Jangan Menyalahkan Diri Karena Tidak Menjadi Orang Tua yang Sempurna

Ericha Fernanda - Jumat, 25 Juni 2021
Berhenti menyalahkan diri sendiri karena tidak menjadi orang tua sempurna.
Berhenti menyalahkan diri sendiri karena tidak menjadi orang tua sempurna. freepik

 

Parapuan.co - Sebagai orang tua, tentu saja ingin memastikan kasih sayang, kebutuhan, dan kebahagiaan anak selalu tercukupi.

Oleh sebab itu, orang tua sering memforsir dirinya demi menjadi orang tua yang sempurna, selalu ada, dan penuh dukungan. Apakah Kawan Puan juga seperti ini?

Banyak orang tua berusaha memenuhi dua standar yang tidak sesuai, termasuk selalu tersedia untuk anak-anak dan juga menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anak.

Baca Juga: Ini 5 Cara Ajarkan Anak Berjiwa Besar dengan Belajar dari Kegagalan

Tujuan ini mulia, tapi akan lebih baik lagi jika kamu berusaha dengan baik tanpa menuntut kesempurnaan menjadi orang tua.

Orang tua harus fokus pada apa yang paling penting, termasuk menunjukkan cinta tanpa syarat kepada anak-anak dan dukungan emosional.

Tenang saja, anak-anak berkembang ketika mereka didorong dan diharapkan untuk melakukan yang terbaik.

Mereka pasti bisa kok, di sisi lain kami juga akan mengajarkan kepada mereka bagaimana perjuangan itu.

Nancy Darling, Ph.D., adalah seorang profesor psikologi di Oberlin College, AS, membagikan apa sebenarnya pengasuhan yang penting dan dibutuhkan bagi anak.

1. Cinta tanpa syarat

Melansir Psychology Today, satu-satunya faktor terpenting yang menumbuhkan anak berperilaku positif  adalah cinta tanpa syarat.

Anak-anak perlu tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka dapat memercayaimu untuk mendukung mereka.

Sebagai orang tua, pastikan kamu mendedikasikan diri sebagai "tempat berlindung yang aman" bagi anak-anak.

Ini bukan berarti kamu harus standby 24 jam di sisinya tanpa mengerjakan aktivitas apa pun.

Baca Juga: Catat! Ini 13 Tips untuk Melatih Diri Beradaptasi Sebagai Ibu Tunggal

2. Prediktabilitas

Maksudnya, anak-anak bisa mengerti atau memprediksi apa emosi yang akan orang tua keluarkan ketika mereka melakukan sesuatu.

Misalnya, ketika kamu terbiasa memeluk dan menghibur mereka ketika sedih karena terjatuh, mereka juga akan berpikiran seperti ini jika hal tersebut terulang lagi.

Anak-anak justru takut kepadamu jika emosi kamu acak, misalnya saat mereka jatuh dari sepeda, kamu justru memarahi dan memakinya.

Ini akan membuat mereka berusaha keras bukan untuk bisa, tapi agar kamu tidak marah dan menyakiti hatinya.

Ketika anak-anak bisa memprediksi emosi apa yang ia dapatkan ketika melakukan sesuatu, ini akan mengurangi kekhawatirannya.

Tentunya, mereka akan lebih aktif dan percaya diri untuk melakukan aktivitasnya.

Kami bisa menjadi "orang tua yang dapat diandalkan" anak-anak, yang jika mereka sedih, sakit hati, dan marah terhadap sesuatu, mereka akan lari kepadamu untuk mencurahkan isi hatinya.

3. Harapkan yang terbaik

Anak-anak berkembang ketika mereka didorong dan diharapkan untuk melakukan yang terbaik.

Mengambil tanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan.

Memuji perilaku yang baik dan menghentikannya ketika mereka berperilaku buruk akan memberi tahu anak-anak bahwa kamu memperhatikan dan peduli apa yang mereka lakukan.

Beri waktu anak-anak jika mereka ingin bereksplorasi tentang sesuatu, jika itu membahayakan segera beri tahu mereka.

Selain itu, evaluasi juga penting. Daripada kamu memarahi dan memakinya karena perbuatannya tidak sesuai, tunjukkan saja bahwa kamu sedih dan evaluasi perbuatan itu, serta bagaimana solusinya.(*)

Baca Juga: Revalina S. Temat Bagikan Cerita Bagaimana Menjadi Ibu dan Usahanya Meraih Mimpi

 

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru