Lalu apa yang harus dilakukan?
Pertama, untuk pencegahan harus dimulai dari masa kehamilan.
Prof. Budi berpendapat jika rekomendasi terdahulu ibu hamil yang punya riwayat alergi, menu makanannya dibatasi seperti tidak boleh menyantap udang dan sebagainya, sekarang tidak lagi.
"Rekomendasi yang terbaru ini pencegahan supaya tidak muncul penyakit alergi di kemudian hari, pada janin yang berisiko tinggi, itu selama hamil boleh makan apa saja, selama ibu tidak ada alergi terhadap makanan apapun," ucapnya.
Kedua, kalau sudah lahir, maka berikan ASI eksklusif selama enam bulan.
"Kemudian selama menyusui, nah biasanya, kalau tahu anak atau bayi kita yang lahir ini punya bakat alergi di kemudian hari, biasanya ibunya membatasi makanan selama menyusui. Sekarang tidak lagi," tegas Budi.
Jadi sekarang selama menyusui, meski bayi punya risiko timbul penyakit alergi di kemudian hari karena faktor keturunan, selama menyusui ibu boleh makan apa saja.
Tidak ada pantangan apapun selama ibu ini tidak alergi.
Baca Juga: Cara Menjaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan di Usia 20an
"Kemudian saat bayi sudah umur enam bulan, kan sudah dapat makanan tambahan, itu makanan tambahannya pun sudah boleh dikenalkan dengan berbagai jenis makanan," jelasnya.
Namun pada kasus tertentu, di mana beberapa bayi tidak beruntung karena ada indikasi tertentu dan tidak bisa menerima ASI, maka Budi menyarankan untuk diberi susu formula seperti hidrolisat parsial.
"Tapi kalau sudah muncul, gejala alerginya, maka yang parsial tidak boleh. Alternatifnya diberikan soya (susu kedelai)," ujar Prof. Budi lagi.
Nah, kemudian yang paling penting lagi, ia juga menegaskan untuk menghindari paparan asap rokok baik aktif maupun pasif selama hamil, setelah bayi lahir, selama menyusui dan setelah mendapatkan makanan tambahan.
Jadi itu adalah pencegahan yang harus dilakukan oleh ibu, apabila anaknya risiko tinggi akan muncul penyakit alergi di kemudian hari ya, Kawan Puan.(*)