Parapuan.co – Kawan Puan, membicarakan tindak pelecehan seksual dengan anak memang bukanlah tugas yang mudah bagi orang tua.
Apalagi masih ada beberapa yang berpikir bahwa pelecehan seksual merupakan hal yang tabu dan kurang pas jika dibicarakan dengan anak.
Padahal mengenalkan tentang organ reproduksi dan bagaimana cara menjaganya serta kepemilikan tubuh bisa menjadi salah satu upaya untuk mencegah anak menjadi korban pelecehan seksual.
Salah satu kasus pelecehan seksual pada anak yang cukup menggegerkan adalah kasus pemerkosaan anak yang terjadi di Maluku Utara.
Baca Juga: Tuntutan KPAI Kepada Oknum Polisi yang Perkosa Anak 16 Tahun di Polsek Maluku
Melansir dari Kompas.com, korban yang berusia 16 tahun itu diperkosa oleh oknum polisi di dalam Polsek.
Kasus tersebut miris sekali ya, Kawan Puan.
Aparat penegak hukum yang seharusnya memberikan perlindungan kepada masyarakat justru menjadi pelaku pelecehan seksual.
Terkait pelecehan seksual pada anak, PARAPUAN menghubungi psikolog anak Mira D. Amir pada Jumat (25/6/2021).
Mira mengatakan proses agar anak tidak takut bilang tentang pelecehan seksual yang dialami itu tidak bisa instan.
“Tidak bisa instan. Jadi (anak) usia berapa pun, ketika mendapatkan perlakuan seperti itu (dilecehkan) nggak cuma oleh orang asing tetapi juga banyak yang dilakukan oleh orang yang terdekat sekalipun,” jelas Mira.
Lebih lanjut Mira menjelaskan bahwa sebagai orang tua, sejak dini kita perlu menciptakan lingkungan yang aman bagi anak sehingga anak bisa lebih terbuka.
Keterbukaan anak ini bisa dalam berbagai hal, terutama sesuatu yang menyangkut diri anak.
Mira juga menambahkan bahwa anak-anak korban pelecehan seksual yang enggan bercerita ke orang tua biasanya berasal dari keluarga yang sulit membuat anak percaya pada orang tua maupun anggota keluarga lain.
Baca Juga: Oknum Polisi Perkosa Remaja 16 Tahun di Maluku, Kemen PPPA: Berikan Pidana Berat
Lantas seperti apa lingkungan keluarga yang ideal agar anak bisa menumbuhkan rasa percaya?
Menurut Mira, hal tersebut bisa dicapai ketika orang tua bisa membuat anak merasa aman dan nyaman.
Selain itu, orang tua juga juga diminta untuk mampu mendengarkan keluh kesah anak.
“Kalau bahasa anak sekarang, (lingkungan yang ideal adalah) keluarga yang tidak lekas-lekas memberikan stigma atau tidak cepat men-judge,” tambah Mira.
Mira juga mencontohkan bahwa ketika anak mulai bercerita, kadang orang tua sering kali memberikan pendapat yang menghakimi anak.
“Oh kamu begini ya, mustinya enggak begitu lo. Itu contoh ya, saya sering menemui (hal tersebut), sehingga anak usia prasekolah sampai remaja jadinya malas bercerita ke orang tua,” ungkap Mira memberikan contoh.
Jadi jika disimpulkan, ada 2 hal yang bisa orang tua lakukan agar anak tidak takut bilang tentang pelecehan seksual yang dialaminya.
Pertama, membangun rasa percaya anak pada orang tua.
Kedua, menjaga komunikasi dengan anak dalam konteks kemampuan orang tua dalam mendengarkan anak.
Baca Juga: Kenali Istilah Kekerasan Berbasis Gender Online, Tipe, dan Modusnya
Kawan Puan, kedua hal tersebut jelas tidak bisa dilakukan dengan instan.
Oleh karena itu, membangun rasa percaya anak terhadap orang tua dan menjaga komunikasi perlu dilakukan sejak dini.
Kawan Puan, sampaikan tulisan ini ke pasangan dan anggota keluarga yang lain ya.
Agar kita bisa sama-sama membangun lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak untuk bercerita! (*)