Parapuan.co - Saat ini, masyarakat dengan sistem matriarki merupakan hal yang jarang kita jumpai.
Terlebih di benua Eropa yang sebagian besar suku masyarakatnya memiliki sistem patriarki.
Akan tetapi, hal itu justru berbeda bagi perempuan Kihnu di Estonia.
Bukan laki-laki, sebuah tempat di Laut Baltik, tepatnya di lepas pantai barat Estonia ini justru didominasi perempuan sebagai pemimpin masyarakatnya.
Baca Juga: Perempuan Pegang Peran Penting, Ini 5 Masyarakat Matrilineal yang Ada di Dunia
Matriarki Terakhir di Eropa
Terkenal dengan nama Pulau Wanita, perempuan penghuni pulai Kihnu ini menyeimbangkan tanggung jawab antara bertani, membesarkan anak, serta mengerjakan berbagai tugas warisan untuk mempertahankan tradisi leluhur.
Peran perempuan di pulau Kihnu telah melampaui peran gender yang tradisional ke dalam setiap aspek kehidupannya.
Didukung oleh kekuatan perempuan, komunitas ini disebut sebagai matriarki terakhir di tanah Eropa.
Karena itu, komunitas pulau Kihny pun juga masuk ke dalam UNESCO Intangible Cultural Heritage of Humanity List atau Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Mengenai Pulau Kihnu, pulau ini sendiri memiliki luas 16,4 km², merupakan pulau terbesar di Teluk Riga dan pulau terbesar ketujuh di Estonia.
Dari situs Visit Estonia, pulau ini menjadi rumah bagi 700 penduduk yang masih menjalankan berbagai tradisi lama seperti bahasa dan lagu masyarakat pulau Kihnu.
Jadi Tempat Wisata
Didominasi oleh perempuan, bukan berarti penduduk Kihnu tidak memiliki penduduk laki-laki.
Penduduk laki-laki tetap tinggal di pulau yang sama dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut.
Sementara itu, perempuan menjadi pembawa warisan budaya, yang meliputi kerajinan tangan, tarian, permainan, dan musik pulau.
Sampai hari ini, kamu masih dapat melihat para perempuan Kihnu mengendarai sepeda motor mengenakan rok bergaris-garis buatan Kihnu yang disebut kört dalam bahasa Estonia.
Baca Juga: Ruang Bawah Tanah Colosseum Dibuka untuk Umum Pertama Kalinya
Pulau ini pun juga dijadikan tempat wisata lho, Kawan Puan.
Jika kamu ingin melihat berbagai tradisi di sini, datanglah pada hari pertengahan musim panas, hari St. Catherine, atau natal.
Selain itu, berbagai acara menarik juga diselenggarakan di waktu tertentu, seperti Kihnu Herring Hike di bulan Mei, Hari Kafe Rumah Kihnu di bulan Juni, Festival Laut Kihnu di bulan Juli, Hari Tari Kihnu di bulan Agustus, dan Festival Biola Kihnu di bulan Oktober.
Selain itu, di Kihnu juga terdapat museum, lho. Di museum ini, kamu bisa mengenal sejarah pulau, termasuk kehidupan kapten terkenal Kihnu Jõnn.
Selain itu juga peternakan budaya Metsamaa, di mana pengunjung dapat menyaksikan sendiri kehidupan sehari-hari Kihnu dan menonton berbagai film tentang pulau itu.
Tradisi yang Mulai Memudar
Selama 50 tahun kependudukan Soviet, tradisi matriarkial di Kihnu masih bertahan.
Akan tetapi, generasi muda justru memiliki minat yang berkurang untuk mempertahankannya yang justru membahayakan budaya di pulau ini.
Hal itu diungkapkan oleh seorang fotografer Nowergia, Anne Helene Gjelstad. Dalam bukunya yang berjudul Big Hearts, Strong Hands.
Baca Juga: Kota Liverpool Terancam Hilang dari Situs Warisan Dunia UNESCO, Mengapa?
Meskipun pariwisata musiman berkembang pesat, para pengunjung yang datang pun juga semakin berkurang.
Dalam bukunya, Anne mendokumentasikan para ibu pemimpin masyarakat ini dan mencatat memudarnya tradisi di masa kini.
Untuk itu, Anne mengatakan agar ada upaya untuk melestarikannya masa depan yang berubah bagi penduduk Kihnu. (*)