Parapuan.co – Kawan Puan, ada beberapa cara agar anak tidak takut bercerita tentang pelecehan seksual yang dialaminya.
Menurut psikolog anak Mira D. Amir, kedua cara tersebut adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dana man bagi anak serta menjada komunikasi.
Namun dalam hal menjaga komunikasi dengan anak, orang tua sering salah persepsi.
Baca Juga: Begini Cara agar Anak Tak Takut Bilang soal Pelecehan Seksual Menurut Psikolog
“Menjaga komunikasi itu konteksnya adalah kemampuan orang tua untuk mendengarkan anak, menghargai sudut pandang anak.”
“Karena dari pengalaman saya, ketika Bapak ibu, tolong jaga komunikasi dengan anak. Mereka iya banget. Tapi setelah saya gali ternyata yang mereka (orang tua) tangkap adalah lebih ke orang tua menasehati anak,” ungkap Mira pada PARAPUAN, Jumat (25/6/2021).
Lebih lanjut Mira menjelaskan bahwa kesalahpahaman tersebut menyebabkan orang tua tidak pernah tahu apa yang diinginkan anak.
Pun dari sisi anak, mereka jadi kurang nyaman bercerita karena proses komunikasi didominasi oleh orang tua.
“Udah enggak ada kesempatan (bercerita), enggak didengerin, abis itu ujungnya di-judge lagi,” tambah Mira.
Mira kemudian mengambil contoh seandainya kasus pemerkosaan yang terjadi pada remaja berusia 16 tahun di Maluku Utara malah mendapatkan judgement dari orang tua saat bercerita.
Anak yang sudah ketakutan karena menjadi korban pelecehan seksual akan semakin takut bercerita ketika orang tua malah menuduhnya yang macam-macam.
“Itu remaja umur 16 tahun, klien-klien saya yang usia pra-remaja udah bisa mengantisipasi. Lucu ya orang tua kita, minta kita mengungkapkan apa sih maunya kita, tapi begitu cerita orang tua malah menyalahkan,” ungkap Mira menirukan.
Baca Juga: Demi Hindari KBGO, Jangan Abaikan Pentingnya Perlindungan Privasi Online
Dampak pelecehan seksual pada anak
Salah satu dampak yang akan anak alami ketika menjadi korban pelecehan seksual adalah menyalahkan dan menarik diri dari lingkungan.
Hal ini juga dibenarkan Mira selaku psikolog anak.
“Mereka (anak yang menjadi korban pelecehan seksual) jadi punya keraguan jangan-jangan yang salah saya. Korban pelecehan dan kekerasan seksual biasanya seperti itu. Apalagi jika diperkuat oleh lingkungan, abis sih kamu pakaiannya kayak gitu,” ujarnya.
Lebih lanjut Mira menjelaskan bahwa stigma-stigma semacem itu tidak ada hubungannya dengan tindak pelecehan seksual yang diterima korban.
Karena itulah korban pelecehan seksual terutama perempuan, sering disalahkan oleh lingkungan.
“Akhirnya mereka akan jauh dari merasa dilindungi. Ini dilindungi ya, belum dibela,” tambahnya.
Mira yang juga sering menangani kasus pelecehan seksual pada anak, mengaku bahwa mengobati trauma para korban adalah salah satu hal tersulit.
Proses penyembuhan trauma ini juga tidak sama antara anak satu dengan yang lainnya.
Selain itu Mira juga menambahkan pelecehan seksual juga bisa berdampak pada sisi akademik anak.
Baca Juga: Kenali Istilah Kekerasan Berbasis Gender Online, Tipe, dan Modusnya
“Kalau anak masih dalam masa sekolah, itu bisa menganggu konsentrasi. Jadi demotivasi, prestasinya menurun,” ungkapnya.
Kawan Puan, ternyata tak hanya itu, pelecehan seksual pada anak juga bisa berdampak pada cara anak bersosialisai.
Bahkan anak bisa sampai menutup diri dari lingkungan.
Kawan Puan, dari penjelasan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa pelecehan seksual pada anak berdampak sangat besar baik di masa sekarang apalagi kelak di masa depan mereka.
Untuk itu, kita sebagai orang tua perlu waspada dan sebisa mungkin menciptakan ruang aman bagi anak dan mau mendengarkan mereka tanpa menghakimi. (*)