Parapuan.co - Belakangan ini istilah seksisme memang sering kita dengar ya, Kawan Puan. Tapi. masih banyak juga yang belum memahami apa itu seksisme?
Melansir dari Thoughtco, seksisme adalah diskriminasi berdasarkan jenis gender atau keyakinan bahwa laki-laki masih lebih tinggi derajatnya dari perempuan.
Sama seperti rasisme, definisi seksisme itu sendiri, satu kelompok dianggap lebih unggul atau lebih rendah dari kelompok lainnya.
Adapun bentuk seksisme itu sendiri bermacam-macam bisa berupa ekonomi, politik, sosial, atau budaya.
Kata "seksisme" ini sendiri menjadi dikenal luas selama gerakan pembebasan perempuan atau Women's Liberation Movement tahun 1960-an.
Baca Juga: Kemenpppa Berkomitmen Wujudkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Pada saat itu, para ahli teori feminis menjelaskan bahwa penindasan terhadap perempuan tersebar luas di hampir semua lapisan masyarakat.
Nah, seksisme di Indonesia sendiri sampai sekarang ini masih terjadi.
Berdasarkan hasil survey PARAPUAN yang bertajuk Pengalaman Perempuan Menerima Ujaran Kebencian, Seksisme dan Misogini.
Survey yang diikuti oleh 397 koresponden perempuan di Indonesia ini membuktikan bahwa masih banyak perempuan menerima perilaku seksisme.
Dari survey ini, ditemukan bahwa sebanyak 41 persen respoden dari 397 orang mengaku mengalami seksisme ini selama pandemi Covid-19.
Ada berbagai macam bentuk perlakuan seksisme yang diterima para responden, mulai dari perkataan secara langsung, penyataan chating, postingan di media sosial hingga pernyataan di media massa.
Mirisnya, masih dari hasil riset PARAPUAN, seksisme ini banyak dilakukan oleh anggota keluarga korban sendiri nih, Kawan Puan.
Dalam lingkup keluarga, salah satu contoh tindakan seksisme adalah perempuan dibatasi aktivitasnya seperti dalam lingkup pergaulan sosial.
Baca Juga: Faktor Ekonomi Memicu Kekerasan Terjadi pada Perempuan dan Anak!
Selain itu, ada pula yang mengaku tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk pencapaian pendidikan dan karir karena perempuan dianggap tidak perlu mengutamakan kedua hal itu dibanding urusan domestik.
Dalam lingkup rumah tangga, dampak seksisme ini adalah perempuan yang kerap diharuskan mengerjakan tugas domestik sepenuhnya.
Padahal jika kita melihat masa pandemi ini, di mana banyak pekerja work from home dan anak sekolah melakukan pembelajaran dari rumah, beban domestik tentu bertambah banyak.
Hal inilah yang berpotensi menyebabkan stress yang membuat perempuan lebih tertekan.
Nah, Kawan Puan, apakah kamu juga pernah mengalami seksisme ini?(*)