Parapuan.co - Saat ini masyarakat mulai beralih ke material ramah lingkungan seiring dengan brand sustainable fashion yang mulai bermunculan di Indonesia.
Situasi pandemi juga mendorong perubahan perilaku masyarakat di bidang fesyen berkelanjutan.
Fesyen berkelanjutan tidak hanya ramah lingkungan namun juga memerhatikan kesejahteraan para pekerjanya.
Melansir dari laman Zerowaste, fesyen berkelanjutan merupakan sebuah praktik dalam fesyen yang mengedepankan nilai-nilai dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, terutama lingkungan dan kemanusiaan.
Baca Juga: Jangan Disepelekan! Ini Dampak Fast Fashion dan Perilaku Konsumtif Pada Ancaman Limbah Pakaian
Sejalan dengan topik mengenai keberlanjutan dan sirkular ekonomi, Lenzing Indonesia melalui Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) sebagai wadah yang mempertemukan para stakeholders untuk membahas penerapan sirkular ekonomi di Indonesia mengadakan webinar
“The Future of Sustainable Fashion in Indonesia” bersama Luckytex Indonesia, fabric mills penyedia bahan ramah lingkungan, H&M Indonesia, merek fashion global, dan Nicoline Patricia Malina sebagai pemilik local brand LANIVATTI.
Seperti yang disampaikan para pembicara melalui webinar pada Rabu, 21/7/2021) tersebut, sustainable fashion menjadi komitmen penting bagi seluruh pihak yang terlibat dalam industri fashion dan tekstil di Indonesia.
“Lenzing melihat bahwa setiap perusahaan harus mengambil langkah nyata untuk menerapkan keberlanjutan sesuai kapasitas masing-masing," pungkas Winston A. Mulyadi, Head of Commercial Textile, SEA & Oceania of Lenzing (Lenzing Group adalah produsen dari serat bahan TENCEL™️).
Baca Juga: Bijak Pilih Pakaian, Ini 4 Serat Sintetis yang Tidak Ramah Lingkungan
Selain memberikan pilihan serat yang ramah lingkungan, Lenzing juga mengaku memiliki produk terbaru yaitu TENCEL™️ Carbon-Zero.
Lebih lanjut lagi, ia juga mengatakan bahwa selain menjaga keberlanjutan dalam serat yang Lenzing hasilkan, mereka juga sadar bahwa tidak semua emisi dapat dihindari atau dihilangkan.
Hal ini yang menjadi motivasi Lenzing untuk mengambil tindakan pada tingkat global maupun lokal dan melihat adanya peluang untuk mendukung pengurangan emisi CO2 di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Terlebih lagi, konsep kompensasi karbon melalui pengimbangan membantu untuk mengurangi karbon melalui proyek pendanaan ikilm yang telah terverifikasi.
(*)