Lee Jiyoung menggambarkan pencapaian BTS dan ARMY sebagai "pembunuhan patriarki sosial".
BTS dan ARMY percaya bahwa perubahan hanya dapat dilakukan jika kita berani mengubah tatanan yang ada menjadi setara dan tumbuh bersama, seperti konsep Rhizoma tersebut.
"Dalam sistem rimpang atau Rhizoma, apapun dapat dihubungkan langsung ke tetangganya atau tumbuhan yang tumbuh di sampingnya. Rimpang menjadi sistem non-sentralisasi," ungkap Lee Jiyoung.
Hubungan ARMY dan BTS menunjukkan sistem rimpang yang tidak terpusat.
Tidak ada pusat kekuasaan tunggal seperti media atau agensi di sistem ini.
Di sini, idola dan penggemar sama-sama tumbuh.
ARMY sendiri sebagai komunitas juga merupakan pertumbuhan dari rimpang berbeda yang tak terhitung jumlahnya.
Mereka berasal dari kebangsaan, ras, usia, dan pekerjaan yang berbeda.
Meskipun ada titik pusat BTS sebagai idola, namun BTS tidak pernah menginstruksikan atau memerintahkan ARMY.
ARMY akan bergerak di jaringan yang tidak terpusat, mereka bergerak dan bertumbuh tergantung pada kasus atau situasi sosial politik yang ada di sekitar.
Hal tersebut yang membuat aksi pergerakan ARMY disebut sebagai filantropi dan aktivisme, karena kesetaraan yang ada di komunitas mereka memungkinkan tiap anggotanya untuk kembali menengok isu-isu yang ada di sekitarnya dan mereka bagikan kepada satu sama lain.
Tidak heran, kegiatan fangirling yang dilakukan ARMY dinilai sehat dan memberi dampak perubahan yang positif untuk lingkungan sosial.
Baca Juga: Seperti Yu Na-bi di Nevertheless, Ini Alasan Perempuan Kerap Mengabaikan Red Flag dalam Hubungan
(*)