2. Hindari pertanyaan yang bersifat mengungkit
Pertanyaan bersifat mengungkit ini contohnya adalah Kenapa bisa terjadi? atau Bagaimana kekerasan itu terjadi?
Nah pertanyaan-pertanyaan semacam ini baiknya dihindari ya, Kawan Puan!
Pertanyaan mengungkit ini sebaiknya dihindari karena bisa memicu timbulnya memori menyakitkan dan trauma korban kekerasan.
Jika hal itu terjadi, korban justru bisa stres dan enggan menceritakan masalahnya.
Sebagai gantinya, Kawan Puan bisa menggantinya dengan pertanyaan umum, misalnya “Apa yang bisa kubantu? Sebagai teman, aku siap memberikan dukungan.”
“Jadi biarkan korban bercerita, jangan kita yang kesannya memaksa mereka,” ungkap Sigit.
Baca Juga: Komunitas BTS ARMY: Ruang Aman bagi Keberagaman dan Perwujudan Globalisasi Sesungguhnya
3. Berikan penjelasan
Langkah selanjutnya untuk bisa menciptakan ruang aman adalah dengan memberi korban penjelasan.
“Misalnya, eh yang kamu alami itu termasuk pelanggaran lo. Dan kamu bisa mendapatkan pendampingan atas kasus yang kamu alami,” terang Sigit memberikan contoh.
Selain itu, Kawan Puan juga bisa menjelaskan bentuk dukungan apa saja yang bisa korban kekerasan ini dapatkan, seperti dukungan psikologis sampai pendampingan hukum ketika korban mau melapor.
“Jadi kita cerita aja, kita enggak menyuruh korban untuk melapor tapi lebih ke cerita dan memberi penjelasan aja bahwa dia (korban) punya hak untuk di-support,” ungkap Sigit.