Sambut Hari Anak Nasional, Ternyata Ini Filosofi Permainan Tradisional Zaman Dulu

Rizka Rachmania - Kamis, 22 Juli 2021
Salah satu permainan tradisional anak zaman dulu adalah egrang yang punya filosofi menantang diri dan menjadi berani.
Salah satu permainan tradisional anak zaman dulu adalah egrang yang punya filosofi menantang diri dan menjadi berani. Djuli Pamungkas/Wikimedia Commons

Parapuan.co - Siapa yang mengira kalau permainan tradisional zaman dulu punya filosofi yang erat kaitannya dengan kehidupan?

Contohnya adalah permainan tradisional yang dilakukan beramai-ramai bertujuan untuk melatih kerja sama dan kesabaran.

Permainan berkelompok ini biasanya melatih anak untuk menyusun strategi, berkolaborasi dengan teman dalam tim, dan berusaha memenangkan permainan.

Nenek moyang kita membuat permainan tradisional ini dengan nilai-nilai tertentu supaya bisa memberi pelajaran bagi anak-anak.

Baca Juga: Peringati Hari Anak Nasional, Galeri Nasional Indonesia Gelar Wisata Vitual

Dalam rangka Hari Anak Nasional atau HAN 2021 yang jatuh esok hari (23/7/2021), berikut PARAPUAN telah merangkum dari Bobo.grid.id, enam permainan tradisional zaman dulu beserta filosofinya.

Kira-kira apa, ya?

1. Egrang

Menaiki bambu panjang dengan sebuah pijakan kaki kemudian berjalan dengan bambu tersebut adalah cara kita memainkan egrang.

Egrang ini dulunya jadi salah satu permainan tradisional yang amat populer karena banyak anak bermain ini saat pagi, siang, atau sore hari.

Supaya lebih seru, anak-anak membuat perlombaan sederhana tentang siapa yang bisa jalan jauh dengan menggunakan egrang.

Tidak ada hadiah dari permainan ini, namun filosofi yang kita petik adalah keyakinan dan percaya diri bisa membuat kita mengatasi tantangan.

2. Galasin

Galasin adalah permainan berkelompok yang seru dimainkan jika dalam jumlah banyak.

Galasin dikenal juga dengan sebutan gobak sodor di berbagai daerah.

Untuk memenangkan permainan galasin, seseorang harus berjaga seperti pintu gerbang dengan tugas mencegah lawan yang mau masuk ke wilayahnya.

Filosofi dari permainan ini adalah jika ada satu pintu tertutup, maka akan ada pintu lain yang terbuka.

Permainan zaman dulu ini pun mengajarkan anak-anak tentang kekompakan dan kebersamaan.

3. Engklek

Engklek adalah permainan tradisional anak yang punya banyak sebutan di berbagai daerah, misalnya sura anda, teklek, dampu, jlong-jiling, dan cenge-cenge.

Permainan tradisional anak ini dilakukan dengan cara menggambar sebuah pola di tanah, kemudian secara bergiliran tiap anak melempar dadu dan melompat di atas pola yang sudah digambar.

Dalam permainan engklek, terdapat sebuah filosofi yakni jika ingin mencapai kekuasaan atau cita-cita, maka kita harus berusaha dan gigih memperjuangkannya.

Baca Juga: Kegiatan Rayakan Hari Anak Nasional di Rumah Aja, Orang Tua Bisa Ikut Serta!

 

4. Lompat tali

Lompat tali adalah permainan zaman dulu yang dimainkan dengan menggunakan tali terbuat dari rangkaian karet gelang.

Anak-anak biasanya merangkai karet gelang ini dulu sebelum memulai permainan lompat tali.

Dimulai dari yang paling rendah hingga ke yang paling tinggi, anak yang berhasil melompati setiap tinggi tali adalah pemenangnya.

Filosofi dari permainan ini adalah setiap kali kita selesai menaklukkan tantangan, maka akan ada tantangan lain yang lebih tinggi atau sulit dari sebelumnya.

Oleh karena itu, kita tidak boleh menyerah dan harus tetap berusaha.

5. Congklak

Permainan congklak dulunya dimainkan secara langsung antara dua orang.

Namun kini, permainan congklak sudah banyak ditemui di aplikasi game smartphone.

Tujuan dari permainan tradisional congklak adalah mengumpulkan lebih banyak biji di akhir permainan.

Siapa yang paling banyak mengumpulkan, maka ia yang menang.

Filosofi dari permainan congklak adalah setiap orang itu punya jatah makan yang sama setiap hari atau minggu.

Lalu congklak juga mengajarkan kita bahwa apa yang kita lakukan hari ini akan berakibat pada hari mendatang.

6. Petak umpet

Di balik kesederhanaan bermain petak umpet, ternyata tersimpan filosofi yang amat dalam.

Petak umpet dimainkan secara beramai-ramai, dengan salah satu orang yang berjaga.

Orang yang jaga ini harus menutup mata dan menghitung sesuai dengan hitungan yang telah disepakati, kemudian anak-anak lain bersembunyi agar tidak mudah ditemukan.

Kalau anak yang bersembunyi ditemukan oleh anak yang jaga, maka ia gantian harus tutup mata, menghitung, dan mencari.

Makna dari permainan ini adalah mengingatkan tentang kehidupan dunia dan kehidupan setelah kematian.

Baca Juga: Kekinian dan Penuh Semangat, Ini Rekomendasi Lagu Anak-Anak untuk Menyambut Hari Anak Nasional

(*)

Sumber: Bobo.grid.id
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru