Film Keluarga Cemara: Arti Kekuatan dan Perjuangan Orang Tua untuk Wujudkan Mimpi Anak

Alessandra Langit - Jumat, 23 Juli 2021
Film Keluarga Cemara ceritakan mimpi dan kebersamaan keluarga
Film Keluarga Cemara ceritakan mimpi dan kebersamaan keluarga Visinema Pictures

Parapuan.co - Kisah Keluarga Cemara bukanlah hal asing, apa lagi bagi kamu yang tumbuh di tahun 90-an.

Keluarga Cemara adalah serial TV legendaris yang sangat populer di tahun 90-an dan awal 2000-an.

Perjalanan keluarga Abah, Emak, Euis, dan Ara dibuat ulang dalam bentuk film layar lebar oleh sutradara Yandy Laurens bersama Visinema Pictures tahun 2019 lalu.

Keluarga Cemara kini tayang di Netflix dan sangat cocok untuk ditonton bersama keluarga pada Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli.

Dalam film ini kita melihat kisah Abah (Ringgo Agus Rahman) dan Emak (Nirina Zubir) yang menghadapi masalah dengan pekerjaan sehingga rumah dan segala harta milik mereka harus disita.

Kedua anak mereka, Euis (Adhisty Zara) dan Ara (Widuri Puteri) akhirnya harus ikut pindah ke kampung halaman Abah yang jauh dari kota.

Baca Juga: Hari Anak Nasional 23 Juli 2021: Sejarah, Kronologi, dan Tujuan

Mereka kemudian berjuang untuk kembali menyusun hidup yang baru, beradaptasi, dan menemukan arti keluarga sesungguhnya di tempat yang asing.

Euis dan Ara dalam film ini diceritakan sebagai anak yang penurut dan memahami keadaan keluarga.

Namun, sebagai anak, Euis dan Ara juga memiliki mimpi akan kehidupan dan masa depan yang mereka inginkan.

Mimpi mereka mungkin terdengar sederhana, namun apa yang Euis dan Ara inginkan menjadi dorongan dan kekuatan sendiri untuk Abah dan Emak.

Si anak bungsu, Ara, adalah anak yang ceria dan penuh talenta, dia suka menggambar dan memiliki bakat dalam bernyanyi.

Abah dan Emak menyadari keaktifan Ara, maka mereka mendukung mimpi Ara untuk berperan menjadi seorang putri di drama sekolahnya.

Si sulung, Euis, baru saja memasuki dunia remaja di kota namun sudah harus berpindah ke desa yang memiliki budaya pergaulan yang jauh berbeda.

Baca Juga: Memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli: Tema, Logo, dan Tujuan HAN 2021

Kita melihat Euis di awal film sebagai seorang anggota tim modern dance, dia memiliki bakat dan mimpi untuk terus mengikuti kompetisi menari bersama timnya di Jakarta.

Mimpi Euis dan Ara adalah hal yang mendorong mereka tetap bersemangat, bagaikan api, mimpi-mimpi tersebutlah yang membuat mereka tetap menyala.

Keadaan keluarga yang berubah drastis membuat mimpi-mimpi tersebut perlahan harus dilupakan oleh Euis dan Ara dan api semangat kedua anak tersebut harus redup sejenak.

Melihat anak-anak yang kehilangan motivasinya untuk mengejar mimpi pasti sangatlah menyakitkan bagi orang tua, apa lagi perubahan drastis di perilaku mereka nampak jelas.

Abah dan Emak di saat yang sama pun sedang berada di dalam keadaan yang sangat sulit, ditambah Abah yang harus mengalami kecelakaan kerja.

Namun, mengingat mimpi dan harapan dari anak-anak membuat mereka bangkit lagi, walaupun dengan cara yang berbeda.

Keluarga Cemara merupakan film yang realistis dan mengglorifikasikan perjuangan yang berujung pada kesejahteraan materialistik, seperti film keluarga yang sering kita temukan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku Anak yang Masih Cocok Dibaca hingga Dewasa dalam Rangka Hari Anak Nasional

Perjuangan Abah dan Emak dalam mewujudkan mimpi Euis dan Ara digambarkan sangat sederhana namun penuh kekuatan.

Bukanlah harta atau kesempatan yang besar untuk Euis dan Ara dalam menggapai mimpi, namun keberadaan arti keluarga dan dukungan sepenuhnya yang Abah dan Emak berikan, karena untuk saat ini hanya itu "harta" yang mereka miliki.

Abah dan Emak tidak hanya bekerja keras, mereka juga berusaha untuk menjadikan rumah mereka sebagai ruang aman untuk Euis dan Ara untuk menjadi diri mereka sendiri dan berani untuk tetap bermimpi walau jalan tidak semulus yang diharapkan.

Saat Ara mendapatkan peran sebagai pohon cemara dan tidak bisa menjadi seorang putri, Abah dan Emak memberikan dukungan dan semangat penuh layaknya dukungan pada pemeran utama.

Walaupun lelah sehabis bekerja, Abah dan Emak tetap membantu Ara berlatih setiap hari, menyalurkan kekuatan mereka kepada Ara agar anak bungsunya dapat tampil dengan maksimal.

Ara kemudian jadi memahami bahwa dalam mengejar mimpi mungkin hasilnya tidak selalu seperti yang kita inginkan.

Namun kita tetap bisa memberikan yang terbaik di titik mana pun kita berada.

Euis yang sedang mengalami banyak gejolak masa remaja pun memberontak karena tidak dapat kembali ke teman-temannya di Jakarta.

Namun, Abah dan Emak tetap menyalurkan kekuatan dengan pendampingan Euis di masa remajanya.

Baca Juga: Kekinian dan Penuh Semangat, Ini Rekomendasi Lagu Anak-Anak untuk Menyambut Hari Anak Nasional

Memberikan ruang bagi Euis untuk tetap bisa belajar dan menjadi siapa yang dia mau tanpa harus dipengaruhi oleh kemewahan.

Abah dan Emak juga memberikan kesempatan sederhana untuk Euis menemukan arti persahabatan sesungguhnya, yang ternyata menyadarkan Euis bahwa pertemanannya di Jakarta hanya sekedar "material".

Euis marah dan menolak ketika Abah berhasil memutuskan untuk menjual rumah mendiang ayahnya untuk pindah ke Jakarta karena Euis menemukan bahwa harapan dan semangat dapat ditemukan di mana saja asal bersama keluarga yang saling mendukung.

Film ini berhasil memberikan gambaran kehangatan keluarga yang sangat dekat dengan penonton.

Orang tua pada realitanya terkadang tidak mampu untuk memenuhi dan mewujudkan mimpi anak-anaknya.

Baca Juga: Film Moxie: Arti Gerakan Women Support Women Sesungguhnya dalam Perjuangan Melawan Sistem Patriarki

Namun, perjuangan dan pengorbanan orang tua demi mimpi anak bisa berupa kekuatan dan yang diberikan kepada anak untuk tetap yakin dan berpegang teguh pada mimpi dan dirinya sendiri.

Film Keluarga Cemara tidak hanya menyampaikan cerita yang mendalam, namun juga memberikan kehangatan kepada penonton lewat akting pemainnya yang natural, pengambilan gambar yang puitis, dan lagu tema yang mengharukan. (*)