Novrizal juga mengatakan bahwa sisa makanan dapat memengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan.
“Mengingat Indonesia berada di nomer dua food waste, kalau makanan habis kan bisa mengurangi sampah organik, terlebih jika tercampur dengan sampah plastik,” imbuhnya.
Sedangkan untuk sampah sisa makanan seperti kulit buah, akan lebih baik jika diubah menjadi kompos. Menurutnya, sampah yang awalnya memiliki bau tak sedap bisa berubah menjadi tanaman yang indah.
Mengajarkan anak memilah sampah juga berdampak positif lho, Kawan Puan.
Reti Oktania selaku Psikolog Klinis Anak Rumah Dandelion berpendapat bahwa mengajarkan anak untuk bertanggung jawab pada sampah akan menciptakan sebuah value.
Reti mengatakan bahwa menghabiskan makanan merupakan bentuk pengajaran mengenai rasa syukur.
Tak hanya itu, anak juga dapat ditanamkan mengenai general value lainnya yang terkait dengan rasa menghargai dan melakukan kebaikan.
Saat anak berusia satu setengah tahun, saat itulah mereka mulai memiliki karakter. Karakter tersebut berasal dari kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten.
Bayangkan saja jika sejak dini, anak sudah dibiasakan untuk meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai maka jumlah sampah plastik di masa yang akan datang akan menurun.
(*)
Baca Juga: Menyambut Hari Anak Nasional, Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar Bagikan Pengalaman Masa Kecil