Baca Juga: Mengenal Parosmia, Gangguan Penciuman yang Dialami Penyintas Covid-19
Di mana menurut drg. Kartini, di masa pandemi pelayanan gizi dan kesehatan lebih diprioritaskan kepada kelompok balita dan ibu hamil serta menyusui yang berisiko.
"Pada sasaran berisiko, dilakukan dengan janji temu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pemantauan pertumbuhan di posyandu menyesuaikan dengan kebijakan setempat. Jika posyandu tidak buka, orangtua dianjurkan untuk melakukan pemantauan secara mandiri dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),” tambah drg. Kartini.
Di sisi lain, drg. Kartini juga menjabarkan bahwa situasi Indonesia belum sepenuhnya lepas dari masalah kekurangan gizi anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Kondisi tersebut, tercermin dari prevalensi stunting (pendek) masih sebesar 27,7 persen sampai 2019, meskipun telah turun dari 30,8 persen pada tahun sebelumnya.
Namun tetap saja, angka tersebut mengindikasikan masih ada tiga dari 10 anak balita menderita stunting.
Angka tersebut juga jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni maksimal 20 persen dari jumlah total anak balita dalam satu negara.
Untuk menekan angka balita stunting sebesar 14 persen pada 2024 sesuai yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, intervensi percepatan penurunan stunting yang terintegrasi harus terus dioptimalkan.
Baca Juga: Kurangnya Pendonor Sukarelawan, PMI Surakarta Tak Miliki Stok Plasma
Di kesempatan yang sama, Koordinator Poksi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah dr. Ni Made Diah, P.L.D., MKM menyatakan perlu penguatan edukasi untuk mendukung pemanfaatan Buku KIA terutama dalam kelengkapan pengisiannya oleh orangtua selama masa pandemi.
Tujuannya agar kesehatan dan tumbuh kembang anak tetap terpantau.
Di mana setiap informasi tentang kesehatan dan catatan khusus adanya kelainan pada ibu serta anak wajib tertulis dalam Buku KIA.
"Apabila mengalami kesulitan, orangtua bisa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan didahului telekonsultasi sebelum janji temu," ujar dr, Ni Made Dilah. (*)