Film I, Tonya: Melihat Pentingnya Kesehatan Mental dalam Perjalanan Atlet Tonya Harding Menuju Olimpiade

Alessandra Langit - Jumat, 30 Juli 2021
Margot Robbie sebagai Tonya Harding dalam film I, Tonya.
Margot Robbie sebagai Tonya Harding dalam film I, Tonya. IMDb

Walaupun sudah menderita, namun Tonya tidak pernah mengenal kata istirahat karena tekanan dan doktrin untuk selalu menang sudah tertanam sejak kecil.

Tonya mengalami serangan panik di arena pertandingan, yang membuatnya hampir didiskualifikasi.

Pihak Olimpiade saat itu sayangnya masih belum mementingkan kesehatan mental atletnya.

Akibatnya, Tonya tetap melanjutkan kompetisi dan akhirnya gagal melakukan trik yang menjadi kebangaannya karena tubuhnya tidak stabil.

Baca Juga: Film Keluarga Cemara: Mimpi dan Harapan Anak Menjadi Kekuatan bagi Orang Tua

Semakin buruknya kondisi kesehatan mental Tonya membuatnya menjadi seorang atlet yang cukup keras dan berperilaku semaunya.

Tonya pun semakin kehilangan cinta dari para penggemar dan juga pendukungnya.

Ice Skating Association di Amerika Serikat melihat Tonya bukanlah perwakilan atlet yang cocok untuk Amerika Serikat karena perilakunya yang buruk.

Karir Tonya pun harus dirusak oleh keluarganya sendiri, orang-orang yang Tonya kira dapat memberikan dukungan sepenuhnya.

Pada sebuah wawancara yang ditunjukkan di film ini, Tonya merefleksikan masa lalunya.

Ia berpikir seandainya ibunya tidak mendoktrinnya untuk selalu menjadi yang terbaik, seandainya Tonya dapat memprioritaskan dirinya sendiri, dan seandainya Tonya bisa memilih untuk istirahat, maka semua pasti akan lebih baik.

Bakat dan ambisi Tonya yang luar biasa tetaplah tidak cukup untuk mengantarkannya menjadi atlet legendaris pemenang Olimpiade.

Baca Juga: Rayakan Musim Kompetisi dan Olimpiade, Ini Rekomendasi Film Bertemakan Olahraga

Kondisi kesehatan mental juga berperan penting untuk keseimbangan dalam perkembangan diri dan menghadapi berbagai tantangan.

Mundur atau istirahat sejenak dari kompetisi bukan berarti atlet tersebut lemah.

Memprioritaskan diri sendiri dan menyampingkan ambisi bisa menjadi hal terkuat yang dilakukan seorang atlet, mengingat tekanan dan ekspektasi lingkungan untuk selalu menjadi pemenang. (*)