Lebih lanjut Siti menjelaskan bahwa dengan terus meminta bukti seperti ini, bisa jadi kita malah semakin mempersalahkan korban dan dampaknya korban malah bisa berakhir bungkam.
“Cuma karena kita tidak percaya, enggak boleh kita bilang ke korban, Buktinya mana? Nah kalau dalam konteks pemerkosaan, pembuktian itu ada di aparat penegak hukum, bukan di korban,” jelasnya.
Siti juga menjelaskan tidak mudah untuk korban pelecehan seksual untuk berani speak up.
Ketika pada akhirnya ia berani speak up, itu membutuhkan waktu yang lama, sehingga ketika missal ada bukti kekerasan pada fisik, bisa jadi sudah sembuh ketika ia speak up.
“Korban tidak serta merta mengatakannya (kasus pelecehan seksual yang dialami pada orang lain), sehingga mungkin baru 2 atau 3 bulan setelahnya dia baru cerita kalau mengalami pelecehan itu.”
Baca Juga: Begini Cara Mendukung Anak Korban Pelecehan Seksual Menurut Psikolog
“Efeknya apa? Sudah tidak ada bukti di tubuhnya, luka-luka sudah sembuh, sehingga ketika dilakukan visum, kualitas hasilnya akan berbeda dibandingka ketika itu dilakukan segera,” tambahnya.
Kawan Puan jadi bisa disimpulkan ya ketika ada korban pelecehan seksual yang speak up di media sosial, kita perlu untuk mendukungnya.
Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan tidak memojokkan dan mempersalahkannya.
Yuk Kawan Puan, kita dukung korban pelecehan seksual yang speak up di media sosial ini.
Sebab dengan mendukung mereka, kita bisa menciptakan ruang aman bagi korban itu sendiri serta korban lain yang takut untuk speak up soal pelecehan seksual yang telah ia alami. (*)