Radikal bebas dapat berperan sebagai produk sampingan alami dari proses metabolisme dan beberapa fungsi penting dalam tubuh, seperti sinyal antar sel.
Akan tetapi, radikal bebas bisa menjadi masalah jika diproduksi berlebihan.
Karena sangat reaktif, radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel melalui proses yang disebut stres oksidatif.
Baca Juga: Tidak Baik untuk Tubuh, Ini 4 Dampak Makan dengan Terburu-Buru
Stres oksidatif diyakini menjadi faktor dalam perkembangan sejumlah kondisi seperti kanker, penyakit jantung, diabetes tipe 2, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, katarak, dan degenerasi makula terkait penuaan, menurut National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH) di National Institutes of Health.
Di sinilah antioksidan berperan karena dapat membantu menjaga radikal bebas tetap terkendali.
"Antioksidan bekerja melawan stres oksidatif dengan membantu menetralkan radikal bebas dan molekul lain yang dapat merusak sel dan jaringan dalam tubuh," ujar Mahdi Garelnabi, Ph.D., seorang profesor ilmu biomedis dan nutrisi di University of Massachusetts-Lowell.
Adapun mekanisme lain yang dilakukan antioksidan yakni dengan meminjamkan elektron ke radikal bebas untuk membuatnya kurang reaktif, tepatnya dengan mengikat suatu zat dengan cara mencegah reaksi lebih lanjut.
Selain menstabilkan radikal bebas, antioksidan juga dapat membantu sistem kekebalan tubuh berfungsi lebih efisien.
Baca Juga: Hindari Makan dan Minum Beberapa Jenis Santapan Ini Sebelum Donor Darah
Adapun manfaat lain dari antioksidan yakni mengurangi peradangan kronis.
Peradangan kronis ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular dan kanker.
Antioksidan juga dapat membantu memperbaiki DNA dan membran sel melalui mekanisme terpisah.