Yana, mewakili DKI Jakarta, adalah seorang mahasiswa. Ia tidak disetujui oleh ayahnya untuk berangkat ke Pelatnas karena ayahnya ingin Yana fokus menyelesaikan skripsi.
Lilies, mewakili Jawa Timur, didukung penuh oleh orang tuanya, namun pikirannya gusar karena perjodohan yang direncanakan ibunya, padahal Lilies sudah memiliki kekasih yang juga seorang atlet.
"Kamu kan perempuan, kalau mau jadi atlet berarti harus punya suami yang kaya, kan enak nanti hidupmu," bunyi dialog Ibu dari Lilies.
Kusuma, mewakili Sulawesi Selatan, juga tidak didukung oleh ayahnya yang ingin putrinya itu menjadi seorang PNS.
Baca Juga: Film Moxie: Arti Gerakan Women Support Women Sesungguhnya dalam Perjuangan Melawan Sistem Patriarki
Saat tiba di Pelatnas, mereka harus dilatih Donald yang sangat keras dan disiplin. Latihan mereka pun bak pelatihan militer.
Berjuang bersama selama berbulan-bulan membuat persahabatan 3 Srikandi menjadi sangat kuat, tiada hari tanpa dukungan untuk satu sama lain.
Waktu menuju olimpiade semakin dekat, tetapi para 3 Srikandi ini pun memiliki masalah rumitnya masing-masing.
Yana yang semakin dekat dengan sidang skripsinya, Kusuma yang dimabuk asmara dengan pelatih tim panahan pria, dan Lilies yang baru saja kehilangan ibunya membuat performa mereka menurun.
Mereka di bawah ancaman tidak akan diberangkatkan sama sekali ke Olimpiade dan dorongan dari Donald membuat mereka sadar bahwa apa yang mereka punya adalah dukungan untuk satu sama lain.
Belum lagi adanya sikap misoginis dari organisasi olahraga yang meremehkan pemanah perempuan.