Bagaimana film-film horor Indonesia yang diproduksi dalam setiap dekade tidak hanya merepresentasikan perkembangan artistik dan teknologi media gambar bergerak, tetapi juga menandai pergeseran-pergeseran pemikiran dan situasi sosial-politik.
Sebagai upaya mengkaji implikasi kultural dan politik dalam pendekatan pedesaan terhadap sinema horor di Indonesia, Ghost Like Us menawarkan pendekatan essayistic yang mengkaji dinamika pedesaan-perkotaan dalam sinema horor dari rezim Orde Baru hingga munculnya genre horor terdekonstruksi yang ditemukan di gaya kino-pravda, Misteri Bondowoso.
Berdasarkan kajian tersebut, film-esai ini mengajukan pertanyaan, yang terkenal dengan ungkapan Thomas Elsaesser, “kapan dan di mana sinema?” menurut relasi antara hauntology (lakuran dari haunting dan ontology), otoritas-otonomi, dan aparatus sinematik.
Selain itu, menampilkan refleksi puitis horor, ideologi, evolusi sinema, dan pemikiran sinematik dalam memahami lanskap teknologi media saat ini di Indonesia dan Asia.
Baca Juga: Simak 5 Villa Unik untuk Staycation Bersama Keluarga Besar di Bandung
Ghost Like Us adalah bagian dari Monographs, sebuah rangkaian esai terbaru tentang Sinema Asia yang dikumpulkan oleh Asian Film Archive (AFA).
Karya-karya Riar Rizaldi berfokus pada hubungan antara kapital dan teknologi, ekstraktivisme, materialitas dan fiksi teoritis.
Selain itu, Riar Rizaldi kerap mengeksplorasi hubungan antara manusia dan teknologi, media dan elektronik konsumer, sirkulasi citra dan intervensi jaringan.
Lewat karya-karyanya Riar mempertanyakan tentang gagasan akan temporalitas, politik citra, fiksi-teori, virtualitas dan konsekuensi dari perkembangan teknologi.
Sejak dimulai pada Mei 2021, Universal Iteration telah menampilkan karya-karya seni yang sepenuhnya memang diproduksi dan ditujukan untuk diapresiasi para peminat seni secara daring.