Parapuan.co - Kawan Puan, tes keperawanan bagi prajurit TNI dulu sempat menjadi bahan perdebatan yang cukup ramai.
Melansir dari Kompas, tes keperawanan untuk rekrutmen prajurit perempuan dianggap tidak ada hubungannya sama sekali dengan kinerja seorang tentara dan tidak relevan.
"Beberapa pengalaman yang terungkap, tes keperawanan dapat menimbulkan rasa sakit, malu, dan trauma untuk seorang karena menyangkut wilayah pribadi perempuan," ujar Erasmus Napitupulu, anggota Working Group on Against Torture (WAGT).
WGAT menyarankan para pembuat kebijakan untuk melakukan studi yang berdasarkan pada perkembangan situasi, tantangan keamanan, dan stabilitas yang dihadapi negara saat ini.
Dari studi tersebut, diharapkan dapat ditemukan pertimbangan yang logis untuk menakar kapasitas intelektual, mental, dan moral calon prajurit yang jauh lebih efektif daripada tes keperawanan.
Baca Juga: Sussane Mikhail, Direktur Regional UN Women yang Puji Ketangguhan Para Perempuan Lebanon
"Sekali lagi kami menegaskan kepada pemerintah agar secara serius menghapus praktik tes keperawanan. Menghentikan praktik tes keperawanan akan menjadi langkah baik untuk merawat dan meningkatkan kemanusiaan yang adil dan beradab," kata Erasmus.
Nah, sempat menjadi isu yang banyak diperbincangkan, kini tes keperawanan rekrutmen prajurit Korps Wanita Angkatan Darat akan dihapus, Kawan Puan.
Melansir dari kanal YouTube TNI AD, Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Andika Perkasa memberikan arahan persyaratan kesehatan terkait rekrutmen prajurit Korps Wanita Angkatan Darat.
Pemeriksaan kesehatan harus berdasarkan tujuan rekrutmen yakni untuk mengikuti pendidikan pertama TNI Angkatan Darat dan berhubungan dengan latihan untuk melaksanakan tugas sebagai prajurit.
“Jadi untuk kesehatan kita fokus tidak ada lagi pemeriksaan di luar tujuan rekrutmen, seleksinya agar yang diterima bisa mengikuti pendidikan pertama, yang berarti hubungannya dengan mayoritas fisik, oleh karena itu ada beberapa hal-hal yang peserta ini harus penuhi.
"Tetapi ada juga hal-hal yang tidak relevan, tidak ada hubungannya, dan itu tidak lagi dilakukan pemeriksaan,” jelas Kasad.
Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Andika Perkasa menyampaikan bahwa pemeriksaan kesehatan prajurit perempuan tidak akan berbeda dengan prajurit laki-laki.
"Kita harus konsekuen juga, seleksi terhadap pria harus sama dengan apa yang kita lakukan terhadap perempuan dalam hal tadi ya, dalam hal kemampuan mereka untuk mengikuti pendidikan pertama atau dasar militer," jelas Jenderal Andika.
Kawan Puan, melansir dari situs Tribunnews, praktik tes keperawanan sudah dilakukan selama puluhan tahun, lebih tepatnya 50 tahun.
Menurut laporan Human Rights Watch (HRW) yang dikeluarkan minggu ini, TNI sudah melakukan tes keperawanan terhadap calon prajurit perempuan selama berpuluh-puluh tahun.
Staf HRW untuk Indonesia, Andreas Harsono mengatakan, bahwa tes keperawanan ini dilakukan dengan pemeriksa memasukkan dua jari ke vagina untuk mengetahui apakah mereka masih perawan atau tidak.
Ia mengatakan bahwa HRW memiliki hasil pemeriksaan dari dokter militer di mana ada bagian 'ginekologi dan kandungan' untuk menentukan hasil pemeriksaan selaput dara masih perawan atau tidak.
Andreas Harsono kemudian menjelaskan bahwa berdasarkan pengumuman yang diberikan oleh Jenderal TNI Andika Perkasa, tes keperawanan tersebut akan mungkin dihentikan paling tidak di TNI AD (Angkatan Darat)
Semoga penghapusan kebijakan ini juga berlaku untuk semua instasi ya, Kawan Puan!(*)