Momentum ini bisa jadi titik balik bagi pemerintah untuk mengevaluasi cara pendidikan setelah pandemi usai nanti.
Terlebih dengan mulai terbiasanya anak dalam pembelajaran online atau pembelajaran campuran (blended learning) akibat situasi yang memaksa ini.
Ini pun menjadi kesempatan yang tepat untuk mengajarkan pemahaman literasi digital pada anak.
"Harapannya pemerintah dan sekolah bisa menjadikan keadaan ini sebagai bahan untuk mengevaluasi dan memperbarui sistem pendidikan dan sumber daya manusia terkait. Pembelajaran online juga bisa dijadikan sarana mengembangkan literasi digital anak," tukas Shanti.
Baca Juga: Saran Pakar ketika Orang Tua Ingin Kenalkan Anak soal Makna Kemerdekaan
Tak Hanya Berdampak pada Anak
Namun, stres akibat sekolah online tak hanya dapat dirasakan oleh anak.
Sekolah online pun memberikan dampak pada orang tua akibat banyaknya perubahan dan ketidakpastian dalam sistem pendidikan.
Orang tua dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan dari perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan selama pandemi, serta turut cakap menggunakan teknologi agar dapat memberikan bimbingan pada anak selama sekolah daring.
Orang tua juga perlu menyiapkan waktu dan tenaga lebih dalam mengawasi anak.
Tidak mengherankan jika orang tua ikut merasa stres selama masa sekolah online.
Untuk itu, menurut Shanti, orang tua perlu membangun support system yang kuat untuk mendampingi anak belajar di rumah.
"Bangunlah komunikasi yang baik dengan guru dan anak, dan carilah dukungan untuk menjaga kesehatan mental orang tua selama mendampingi anak belajar di rumah. Perjelas dan samakan ekspektasi mengenai tujuan, kegiatan, jadwal, dan cara belajar di rumah, baik antara orang tua dan guru maupun orang tua dan anak," tutup Shanti.
(*)