Target ini perlu tercapai guna tidak terjadi pocket of unimmunized people atau kantong-kantong populasi yang tidak terlindungi.
Ini berbahaya karena akan tetap menimbulkan potensi penularan dan melanggar prinsip Equal Respect yang disarankan tim ahli WHO, Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE).
“Oleh karena itu, lansia, adalah prioritas. Dan untuk memastikan cakupan terhadap lansia tinggi, partisipasi berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyebarkan informasi yang tepat dan akurat. Untuk menyampaikan manfaat vaksinasi bagi lansia sendiri dan manfaatnya bagi orang lain di sekitar mereka,” terang dr. Nadia.
Diketahui juga bahwa lambatnya pencapaian target vaksinasi kelompok lansia disebabkan oleh beberapa faktor terkait akses, dukungan, dan juga masih adanya vaccine hesitancy pada lansia.
Banyak lansia tidak mau atau memilih untuk tidak divaksinasi karena sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang vaksin, sehingga takut akan kemungkinan efek samping.
Baca Juga: Banyak Jadi Pertanyaan Perempuan, Bisakah Kelahiran Prematur Dicegah?
Selain itu, banyak lansia juga tidak memiliki akses untuk mendapatkan vaksin, yang disebabkan oleh ketidaktahuan tentang cara mendaftarkan diri, mendapatkan informasi, atau mendatangi lokasi vaksinasi.
Berbagai kendala yang dihadapi oleh lansia ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa para lansia tidak memiliki support system yang dapat membimbing, membantu dan mengantarkan mereka mendapatkan vaksinasi.
Support system yang sangat penting ini seringkali dimulai dari anggota keluarga, tidak hanya yang berada di sekitar dan bersedia membantu, tetapi juga yang memahami pentingnya vaksinasi anggota keluarga yang lebih tua. (*)