Tindik genital mengubah persepsi buruk dan kecemasan perempuan terkait alat reproduksinya ini, serta mendorong penerimaan diri (self-acceptance).
Tindik genital, seperti halnya dengan tindikan di bagian tubuh lainnya, merupakan salah satu bentuk dari ekspresi diri dan identifikasi gender.
Di sisi lain, tindik genital juga dikait-kaitkan sebagai bentuk masokisme atau tindak self-harming, demi mendapatkan rasa sakit.
Seseorang juga dapat terdorong untuk melakukan tindik genital akibat faktor emosional.
Diva internasional, Christina Aguilera contohnya.
Seperti dilansir dari Dailymail, Christina yang telah mendapatkan belasan tindikan di tubuhnya termasuk di bagian kewanitaannya ini, mengaku merasa nyaman mendapatkan beberapa tindikan di tubuh ketika dirinya merasa sedih.
Namun, di balik motif-motif tersebut, riset menganggap bahwa perempuan dan laki-laki yang melakukan tindik genital umumnya memiliki orientasi seksual sesama jenis, hiperseksualitas, dan perilaku seksual berisiko.
Di balik motif-motif ini pula, ada berbagai risiko yang menghantui mereka yang melakukan tindik genital.
Risiko seperti infeksi, pendarahan, tetanus, hepatitis, HIV/Aids, dan penyakit menular seksual lainnya menjadi efek samping yang mungkin terjadi dari praktik tindik genital yang tidak dilakukan secara prfesional.
(*)