Tantangan yang dihadapi
Sebagai komunitas, biaya operasional iLitterless ditanggung secara personal oleh para anggotanya.
Bahkan, dana yang diterima dari menyetorkan sampah ke unit-unit pengelolaan di Malang juga belum cukup untuk menutup biaya operasional.
"Yang pertama keterbatasan dana. Keikutsertaannya masih sukarela gitu, jadi nggak ada di antara kami yang digaji," terang Ence.
Ia juga berkata, "Dana kami masih sangat terbatas, dan sampah-sampah ini kalau dijual nggak bisa nutupin pengeluaran operasional itu."
Baca Juga: Kisah Verawaty Fajrin, Legenda Bulu Tangkis dengan Segudang Prestasi
Selain dana, keterbatasan tempat juga menjadi tantangan tersendiri bagi iLitterless.
iLitterless belum punya tempat khusus untuk memilah sampah organik dan anorganik, sehingga selama ini pemilahan dilakukan di rumah pribadi Ence dan suami.
Sejauh ini, untuk menutup biaya operasional, Ence Adinda yang juga seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Malang berkolaborasi dengan komunitas mengadakan les bahasa Inggris.
Dari les tersebut, tiap peserta membayar Rp10 ribu untuk satu jam dan mereka juga berkesempatan membantu pertumbuhan iLitterless dengan dana tersebut.
Semoga ke depannya semakin sukses, ya, iLitterless. Dengan begitu, persoalan sampah dan limbah bisa berkurang. (*)