Kedua, Ayu adalah objek seksual dari karakter Bambang, seorang supir yang juga adalah kekasih dari Pekerja Rumah Tangga, Yuni.
Ayu yang digambarkan berpenampilan menarik dan anggun menjadi alasan Bambang terangsang dan melampiaskan hasrat seksualnya.
Ayu digambarkan sedang berdiri di halaman belakang dan menerima telepon. Tapi bagi Bambang apa yang dia lihat begitu menggairahkan.
Tidak bisa menahan nafsunya, Bambang menjadikan Ayu sebagai objek masturbasinya dan sebagai alasan Bambang tidak ingin berhubungan seksual dengan Yuni.
Apakah nafsu dapat menghilangkan rasa hormat kepada perempuan, baik kepada yang dijadikan objek dan kepada yang benar-benar dicintai?
Baca Juga: Kembali Akting Setelah Lama Hiatus, Ariel Tatum Temukan Tantangan Ini dalam Film Selesai
Ketiga, Ayu harus menderita sepanjang cerita dan ketika dia ingin memutuskan sesuatu yang dapat membebaskannya dari penderitaan, banyak faktor yang melarangnya.
Ayu adalah menantu idaman bagi ibu dari Broto, sehingga Broto tidak bisa mengambil risiko untuk bercerai dan menyakiti perasaan ibunya.
Menjadi korban dari hubungan rumah tangga yang rusak, Ayu pun diserang Broto dan dituduh menjadi penyebab dari segalanya.
Beban sakit hati, pertaruhan harga diri, dan kekerasan emosional harus ditanggung sendiri oleh Ayu atas kesalahan yang dilakukan oleh Broto.
Isu gangguan kesehatan mental yang diangkat dan berperan penting pada hidup Ayu pun dipandang sebagai kegilaan, bukan sebagai sebuah isu yang bisa menjadi edukatif.
Pada akhirnya, film Selesai masih punya banyak pekerjaan rumah karena semua permasalahan yang ada di film ini tidak benar-benar selesai.
Lewat film ini, kita juga mendapatkan pekerjaan rumah utama yang harus diselesaikan.
Baca Juga: Menampilkan Ariel Tatum, Film Selesai Karya Tompi akan Segera Tayang di Bioskop Online
Kapan kita berhenti mewajarkan gambaran perempuan dalam media lewat sudut pandang laki-laki dan sistem patriarki? (*)