Parapuan.co - Wajar terjadi jika dua orang yang menjalin hubungan romantis saling bergantung, terutama dalam hal kasih sayang.
Akan tetapi sering kali satu pihak menggantungkan kebahagiaan pada pihak yang lainnya, dan ini justru akan merugikan diri sendiri.
Bagaimanapun, menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain adalah suatu hal yang tidak pasti, sering berubah, bahkan berakhir dimanfaatkan.
Baca Juga: Jangan Dibiarkan, Seksisme Bisa Merusak Hubungan dengan Pasangan
Nah, apakah Kawan Puan juga sering kali menggantungkan kebahagiaan pada pasangan?
Jika belum tahu, simak tanda-tandanya sesuai yang dirangkum dari Bright Side ini.
1. Mengabaikan perasaanmu sendiri dan menerima suasana hati pasangan
Tidak masalah untuk berempati dengan masalah yang dialami pasangan, tapi ketika kamu terus-menerus menerima atau meniru suasana hatinya, itu akan merugikanmu.
Apalagi jika kamu melakukannya karena sangat takut dengan apa yang akan terjadi jika kamu tidak sepaham dengan pasanganmu.
Kamu terlalu khawatir tentang menjaga kedamaian dalam hubungan, sehingga kamu memalsukan perasaanmu yang sebenarnya.
2. Mengandalkan pasangan demi membuat keputusan untukmu
Kamu tidak pernah ingin membuat keputusan sendiri karena terlalu takut dengan tanggung jawab yang datang.
Sehingga, kamu sering tunduk pada pasangan dan melakukan apa yang mereka perintahkan karena kamu tidak ingin menyakitinya.
Bahkan jika perasaanmu justru sebaliknya, kamu lebih suka mengikuti inisiatif pasangan dan menerima ide-ide mereka seolah-olah itu satu-satunya cara yang benar.
Baca Juga: Waspada! 5 Tips agar Terhindar dari Penipuan di Aplikasi Kencan Online
3. Kepribadian atau penampilan kamu telah berubah berdasarkan apa yang disukai pasangan
Kamu dulu adalah pribadi yang suka bergaul dan menjadi pusat perhatian, tapi saat ini kamu sering menutup diri, pemalu, dan enggan bersosialisasi dengan orang lain terutama lawan jenis.
Atau kamu sekarang lebih sering memakai baju bernuansa gelap, hitam, atau coklat tua.
Padahal sebelumnya kamu suka paduan warna yang meriah, ramai, dan penuh warna.
Hal ini bukan karena kemauanmu sendiri, melainkan saran-saran yang diberikan pasangan kamu.
Oleh sebab itu, kamu menerima sarannya padahal kamu tidak menginginkannya.
Jika mereka menetapkan batasan untuk kamu berekspresi dan menyukai pilihanmu, maka kebahagiaanmu justru terancam dan dikendalikan.
4. Kamu hanya fokus pada hubungan dengan pasangan
Saat ini kamu mengurangi kontak sosial dengan orang lain, termasuk mengorbankan keluarga dan teman-teman, meski pasanganmu tidak memaksamu untuk melakukan ini.
Pikiran dan tubuhmu menjadi kalut karena begitu sibuk menjaga hubungan dan membuatnya sempurna.
Kamu terobsesi dengan pemikiran bahwa dirimu harus menjadi pasangan yang kuat, sempurna, dan selalu ada.
Hal-hal seperti inilah yang sebenarnya dapat memicu masalah hubungan dan hanya akan membuat kamu tidak puas dan kecewa.
Baca Juga: Inilah 4 Tanda Hubunganmu dengan Pasangan akan Segera Berakhir
5. Memendam semua emosi bahkan ketika sedang berkonflik
Pernyataan seperti ini, “Ya sudah mending saya mengalah saja daripada urusan menjadi panjang” adalah langkah yang tidak bijak ketika sedang berkonflik.
Memendam emosi tidak akan pernah melahirkan solusi jangka panjang yang baik, komunikasi terbuka dan jujurlah yang harus digunakan.
Mungkin kamu tidak ingin menunjukkan kepada pasangan bahwa kamu kesal dan menyimpan semua perasaanmu di dalam hati hanya menjaga citra orang yang positif.
Kamu sering kali berpikir tidak ingin menjadi penyebab masalah, lalu apabila kamu mengatakannya justru akan membuka masalah yang lebih besar.
Saat berdebat, kamu lebih suka setuju dengan pendapat mereka daripada menunjukkan bahwa kamu tidak puas dan tidak menyalahkannya atas dasar apa pun.
Baca Juga: Tanda-Tanda Pasangan Kamu Overprotektif, Salah Satunya Mudah Curiga
Jadi, menggantungkan kebahagiaan pada pasangan ini dilakukan dua arah, yaitu kamu dan kekasihmu.
Sering kali merugikan salah satu pihak atau keduanya jika tidak ada komunikasi terbuka dan saling jujur dengan pasangan.
Perlu diketahui bahwa menggantungkan kebahagiaan pada orang lain tidak menumbuhkan kebahagiaan jangka panjang. (*)