Melihat Posisi Perempuan yang Kembali Menjadi Korban dalam Film Selesai

Alessandra Langit - Sabtu, 21 Agustus 2021
Potongan adegan dari film Selesai karya Tompi yang dibintangi Gading Marten, Ariel Tatum, dan Anya Geraldine.
Potongan adegan dari film Selesai karya Tompi yang dibintangi Gading Marten, Ariel Tatum, dan Anya Geraldine. Bioskop Online/Kompas.com

Parapuan.co - Jadi topik viral di Twitter, film Selesai tuai kritik dari mulai masyarakat sampai kritikus ternama.

Dugaan seksisme dan narasi yang memojokkan perempuan menciptakan pandangan buruk soal film yang disutradari oleh Tompi ini.

Cerita film Selesai mengangkat isu perselingkihan yang cukup mudah dimengerti dan relevan bagi mereka yang pernah berada di hubungan yang tidak jujur.

Perselingkuhan antara Broto (Gading Marten) dengan Anya (Anya Geraldine) merusak hubungan rumah tangganya bersama Ayu (Ariel Tatum).

Baca Juga: Viral di Twitter, Film Selesai Dikritik Bawakan Narasi Male Gaze dan Seksisme

Ayu yang sudah lelah ingin untuk berpisah dan menggugat cerai. Namun perceraian terancam gagal karena kehadiran ibu dari Broto.

Karakter-karakter dalam film ini terasa seperti kehilangan arah sepanjang cerita dengan banyaknya hal yang terjadi.

Sebagai seorang istri, karakter Ayu harus bertahan di hubungan yang menyiksa emosional dan menderita, akibat kesalahan orang lain.

Film yang disutradari dan ditulis oleh laki-laki ini menggambarkan perempuan sebagai objek yang menjadi sumber masalah dan pelaku dari kejahatan yang tidak mereka lakukan.

Hal pertama yang dikatakan Ayu saat perselingkuhan terungkap hal pertama adalah sumpah serapah yang menyalahkan Anya.

Walaupun Anya juga salah, tapi perselingkuhan tidak terjadi bila Broto bisa setia dengan hubungan pernikahannya.

Ketika berbicara soal perselingkuhan, lagi-lagi beban yang diberikan kepada perempuan seringkali lebih besar.

Perempuan dianggap menjadi penggoda utama dan alasan seorang laki-laki memilih untuk tidak setia.

Baca Juga: Kembali Akting Setelah Lama Hiatus, Ariel Tatum Temukan Tantangan Ini dalam Film Selesai

Laki-laki memiliki banyak alasan untuk berselingkuh, untuk kasus Broto adalah kelelahan yang dirasakannya karena memiliki istri yang dominan.

Beban kembali diberikan kepada perempuan yang hanya menjadi dirinya sendiri dan mengekspresikan keinginannya.

Karakter Ayu sebagai istri yang mau memutuskan, bisa memimpin rumah tangga, dan punya pendirian sendiri menjadi alasan rumah tangga rusak.

Apakah perempuan harus selalu menjadi penurut dan tidak boleh memegang kendali atas rumah tangga untuk dapat dicintai sepenuhnya?

Bagi Broto mungkin begitu, terbukti dari alasan Broto memilih Anya karena ia penurut dan lembut.

Dalam film ini, Ayu adalah objek seksual dari karakter Bambang, seorang supir yang juga adalah kekasih dari Pekerja Rumah Tangga, Yuni.

Ayu yang digambarkan berpenampilan menarik dan anggun menjadi alasan Bambang terangsang dan melampiaskan hasrat seksualnya.

Ayu digambarkan sedang berdiri di halaman belakang dan menerima telepon. Tapi bagi Bambang apa yang dia lihat begitu menggairahkan.

Tidak bisa menahan nafsunya, Bambang menjadikan Ayu sebagai objek masturbasinya dan sebagai alasan Bambang tidak ingin berhubungan seksual dengan Yuni.

Baca Juga: Demi Jaga Hubungan, Ariel Tatum Berikan Tips Menghindari Orang Ketiga

Apakah nafsu dapat menghilangkan rasa hormat kepada perempuan, baik kepada yang dijadikan objek dan kepada yang benar-benar dicintai?

Ayu juga harus menderita sepanjang cerita dan ketika dia ingin memutuskan sesuatu yang dapat membebaskannya dari penderitaan, banyak faktor yang melarangnya.

Memiliki istri yang jadi menantu idaman bagi ibu dari Broto, Broto tidak bisa mengambil risiko untuk bercerai dan menyakiti perasaan ibunya.

Menjadi korban dari hubungan rumah tangga yang rusak, Ayu pun diserang Broto dan dituduh menjadi penyebab dari segalanya.

Beban sakit hati, pertaruhan harga diri, dan kekerasan emosional harus ditanggung sendiri oleh Ayu atas kesalahan yang dilakukan oleh Broto.

Isu gangguan kesehatan mental yang diangkat dan berperan penting pada hidup Ayu pun dipandang sebagai kegilaan, bukan sebagai sebuah isu yang bisa menjadi edukatif.

Baca Juga: Ariel Tatum Kerap Rasakan Bullying, Begini Cara yang Ia Lakukan untuk Halau Haters

Pada akhirnya, film Selesai masih punya banyak pekerjaan rumah karena semua permasalahan yang ada di film ini tidak benar-benar selesai.

Lewat film ini, kita juga mendapatkan pekerjaan rumah utama yang harus diselesaikan.

Kapan kita berhenti mewajarkan gambaran perempuan dalam media lewat sudut pandang laki-laki dan sistem patriarki? (*)