Parapuan.co - Teori male gaze dalam film yang ditulis Laura Mulvey dalam jurnal Visual Pleasure and Narrative Cinema telah memantik berbagai diskusi terkait penempatan perempuan dalam film.
Diskusi tersebut melahirkan istilah baru yaitu female gaze, hak perempuan untuk mengadopsi pandangan aktif terhadap sesama perempuan dalam media.
Female gaze ingin merusak budaya dominan maskulinitas dalam media yang aktif dan feminitas yang dituntut untuk pasif.
Kini, female gaze telah berkembang lebih dari sekadar pandangan terhadap perempuan.
Baca Juga: Mengenal Male Gaze, Cara Lensa Laki-Laki Memandang Perempuan dalam Film
Female gaze juga berlaku untuk keseluruhan konsep dalam media seperti film, karya sastra, dan iklan.
Apa yang terjadi jika pandangan perempuan memegang kendali penuh untuk mengarahkan sebuah film dan plot cerita?
Penulis asal Prancis Iris Brey memberikan jawabannya dalam jurnalnya The Female Gaze: A Revolution on the Screen.
Ketika film dan cerita dibuat dari lensa perempuan, paradigma perfilman tidak lagi diatur oleh voyeurisme dan objektifikasi, yang ditujukan untuk merepresentasikan pengalaman perempuan dengan cara yang posisi subjek sebagai hasrat.
Film akan menapakkan kaki di tanah, sehingga akan sangat dekat dengan penonton dan relevan dengan sekitar.
Sensitivitas perempuan yang kerap kali digambarkan sebagai kelemahan, justru menjadi kekuatan tersendiri untuk menghidupkan cerita dalam film atau media lainnya.